Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan komitmennya dalam memerangi penyakit tuberkulosis (TB) lewat penguatan peran Rumah Sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA) yang telah bergerak sejak 15 tahun lalu.

"RSMA juga banyak dokter paru, sehingga sudah sekitar 15 tahun turut memerangi TB," ujar Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah Agus Samsudin dalam saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Agus mengatakan dunia memperingati Hari Tuberkulosis (TB) setiap tahunnya yang jatuh pada 24 Maret. Tujuan peringatan tersebut demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya TB.

Menurutnya, peringatan itu bukan hanya bagi kesehatan, tetapi juga aspek lain seperti halnya ekonomi, sosial, dan konsekuensi lainnya. Adapun tema tahun ini adalah Invest to End TB, Save Lives atau berinvestasi untuk mengakhiri TB, selamatkan hidup.

Baca juga: RSUI buka layanan Tuberkulosis Resistensi Obat
Baca juga: Kemenkes: Setiap jam, 11 orang di Indonesia meninggal akibat TB

Ia menjelaskan Muhammadiyah telah bergerak melawan TB lewat Program Mentari TB Recovery Plan. Saat ini ada 48 jaringan RSMA di seluruh Indonesia yang tergabung dalam program Mentari TB Recovery Plan dan menjadi rumah sakit rujukan pengobatan TB.

Mentari TB Recovery ini termasuk program baru yang tujuannya untuk membantu menemukan kasus lebih cepat akibat kemunduran temuan karena pandemi. Oleh karena itu, Muhammadiyah menggerakkan kegiatan skrining, pemeriksaan khusus, dan upaya lainnya, supaya yang terkena TB bisa segera terdeteksi dan terobati.

"Yang dilakukan MPKU sampai sekarang masih fokus ke layanan RS, tetapi ke depan juga akan berubah salah satunya dengan melibatkan masyarakat di sekitar RS. Jadi, RS tidak hanya melakukan kurasi tetapi juga prevensi dengan mengedukasi masyarakat terutama kelompok rentan," kata Agus.

Agus menekankan pentingnya menemukan dan menyembuhkan TB tidak terlepas dari dampak dan risiko yang ditimbulkan bagi orang yang terinfeksi TB dan keluarganya.

"Untuk itu, perhatian kita terhadap masalah TB harus ditingkatkan, karena menurutnya TB bukan lagi penyakit individu, tetapi masalah sosial, bahkan bangsa," kata dia.

Baca juga: Kemenkes: Penurunan kunjungan faskes jadi tantangan penanganan TB
Baca juga: G20 berpeluang dongkrak investasi global untuk eliminasi TB

Sementara itu, Manager Program Menteri TB Recovery Plan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah Aldila S. Al-Arfah mengatakan berdasarkan data WHO sekitar 250 orang meninggal karena TB setiap harinya atau sekurangnya 11 orang setiap jam.

"Apalagi dengan adanya pandemi COVID-19, terjadi kemunduran penanganan atau penemuan kasus TB seperti 10 tahun silam. Jadi, tema ini sangat relevan dengan kondisi saat ini," kata dia.

Bagi Aldila, RSMA berupaya memberikan kontribusi positif dan progresif dalam penanggulangan TB. Hal itu sesuai dengan spirit Al-Maun di dalam gerakan Muhammadiyah yang diajarkan K.H. Ahmad Dahlan, yakni semangat keberpihakan kepada kaum dhuafa.

Pasalnya, masyarakat dhuafa atau ekonomi menengah ke bawah lebih rentan terhadap TB. Hal itu karena kemungkinan lingkungan tempat tinggal yang sesak atau padat, kurang pemenuhan gizi, dan sebagainya.

​​​​"Ada dan tidak adanya program (Mentari TB Recovery Plan), masalah TB adalah penting dan menjadi panggilan insan kesehatan. Wabil khusus insan kesehatan di rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah," kata dia.

Baca juga: Kemenkes dorong peningkatan TPT untuk cegah tuberkulosis
Baca juga: Pakar: Tuberkulosis di Indonesia harus ditangani bersama

Baca juga: Menko PMK: Stunting dan TBC tidak hanya terjadi di masyarakat miskin