Perluasan Bandara Ngurah Rai perlu Pp2,1 triliun
1 Oktober 2011 16:24 WIB
Sebentar lagi Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Bali akan lebih megah dan luas terminal-terminal pemakai jasanya. Banyak sudah pesawat terbang penting mendarat dan lepas landas di sana, di antaranya Air Force One (AF 28.000) yang membawa Presiden Ronald Reagan pada dasawarsa '80-an lalu. (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)
Kuta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura I (Persero) mengalokasikan Rp2,1 triliun untuk biaya perluasan bandar udara internasional Ngurah Rai di Kelurahan Tuban, Kabupaten Badung, Bali. Dulu, bandar udara di sisi selatan Bali itu bernama Pangkalan Udara Tuban.
"Dana itu berasal dari kas pihak Angkasa Pura I dan pinjaman sindikasi bank-bank nasional," kata Direktur Proyek Pembangunan Bandara Ngurah Rai, Sri Unon Setyasih, di Kuta, Badung, Sabtu.
Ia menyebutkan, dana sebesar itu akan digunakan untuk merombak berbagai bangunan dan fasilitas yang ada di Bandara Ngurah Rai di atas lahan seluas 285 hektare.
"Mencakup perbaikan dan perluasan terminal internasional dari 65.800 meter persegi menjadi 129.000 meter persegi, terminal domestik dari 13.300 ribu meter persegi akan pindah ke lokasi terminal internasional. Perluasan tempat parkir pesawat (apron) dari 214.500 meter persegi menjadi 300.200 meter persegi," ujarnya.
Ia menambahkan, dana itu juga dialokasikan pembangunan parkir mobil empat lantai di lahan seluas 39.000 meter persegi, perluasan terminal kargo internasional menjadi enam ribu meter persegi, perluasan komplek persekolahan, landasan pacu dan berbagai kelengkapan bandara lainnya.
"Termasuk juga pembangunan tempat sistem pemeriksaan bagasi yang canggih. Sistem ini merupakan salah satu terobosan terbaru yang ditawarkan PT Angkasa Pura sehingga dalam pemeriksaan bagasi tidak memakan waktu yang lama," ucapnya.
Untuk proyek ini, ujar dia, tidak ada pembebasan lahan dari masyarakat karena kesemuanya lahan yang digunakan perluasan merupakan milik PT Angkasa Pura I.
"Lahan untuk satu bandara internasional, idealnya minimal 2.000 hektare. Namun, karena di Ngurah Rai lahan yang tersedia hanya 285 hektare, maka itu yang kami optimalkan pemanfaatannya," katanya. Harga tanah di Bali memang sangat "aduhai" mahalnya, apalagi di lokasi-lokasi wisata sebagaimana Kuta, Sanur, Nusa Dua, Renon di Denpasar, atau Ubud di Gianyar.
Sampai saat ini, kata dia, dapat dikatakan pelaksanaan pembangunan proyek bandara baru berjalan 1,7 persen.
"Pembangunan sudah dimulai sejak Mei 2011 dan diharapkan rampung pada triwulan kedua tahun 2013, serangkaian untuk menyambut KTT APEC juga," ucapnya.
Dengan perluasan bandara ini, lanjut dia, diharapkan dapat menampung wisatawan mancanegara dan domestik yang diprediksi pada tahun 2025, dalam setahunnya berjumlah 25 juta wisatawan.
"Kondisi sekarang, rata-rata tingkat kunjungan pertahun ke Bandara Ngurah Rai sekitar 11 juta wisatawan," katanya. (ANT)
"Dana itu berasal dari kas pihak Angkasa Pura I dan pinjaman sindikasi bank-bank nasional," kata Direktur Proyek Pembangunan Bandara Ngurah Rai, Sri Unon Setyasih, di Kuta, Badung, Sabtu.
Ia menyebutkan, dana sebesar itu akan digunakan untuk merombak berbagai bangunan dan fasilitas yang ada di Bandara Ngurah Rai di atas lahan seluas 285 hektare.
"Mencakup perbaikan dan perluasan terminal internasional dari 65.800 meter persegi menjadi 129.000 meter persegi, terminal domestik dari 13.300 ribu meter persegi akan pindah ke lokasi terminal internasional. Perluasan tempat parkir pesawat (apron) dari 214.500 meter persegi menjadi 300.200 meter persegi," ujarnya.
Ia menambahkan, dana itu juga dialokasikan pembangunan parkir mobil empat lantai di lahan seluas 39.000 meter persegi, perluasan terminal kargo internasional menjadi enam ribu meter persegi, perluasan komplek persekolahan, landasan pacu dan berbagai kelengkapan bandara lainnya.
"Termasuk juga pembangunan tempat sistem pemeriksaan bagasi yang canggih. Sistem ini merupakan salah satu terobosan terbaru yang ditawarkan PT Angkasa Pura sehingga dalam pemeriksaan bagasi tidak memakan waktu yang lama," ucapnya.
Untuk proyek ini, ujar dia, tidak ada pembebasan lahan dari masyarakat karena kesemuanya lahan yang digunakan perluasan merupakan milik PT Angkasa Pura I.
"Lahan untuk satu bandara internasional, idealnya minimal 2.000 hektare. Namun, karena di Ngurah Rai lahan yang tersedia hanya 285 hektare, maka itu yang kami optimalkan pemanfaatannya," katanya. Harga tanah di Bali memang sangat "aduhai" mahalnya, apalagi di lokasi-lokasi wisata sebagaimana Kuta, Sanur, Nusa Dua, Renon di Denpasar, atau Ubud di Gianyar.
Sampai saat ini, kata dia, dapat dikatakan pelaksanaan pembangunan proyek bandara baru berjalan 1,7 persen.
"Pembangunan sudah dimulai sejak Mei 2011 dan diharapkan rampung pada triwulan kedua tahun 2013, serangkaian untuk menyambut KTT APEC juga," ucapnya.
Dengan perluasan bandara ini, lanjut dia, diharapkan dapat menampung wisatawan mancanegara dan domestik yang diprediksi pada tahun 2025, dalam setahunnya berjumlah 25 juta wisatawan.
"Kondisi sekarang, rata-rata tingkat kunjungan pertahun ke Bandara Ngurah Rai sekitar 11 juta wisatawan," katanya. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: