Hal tersebut terungkap dalam sosialisasi yang dilakukan BKKBN pada kampus pendidikan terbesar di Bali tersebut, Rabu. Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For.,M.A.R.S.
Ia sekaligus sebagai narasumber bersama dosen Undiksha, Dr. Risa Panti Ariani, M.Si. Selain itu juga hadir Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Undiksha, Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.T.I., yang sekaligus sebagai pembicara kunci.
Setelah sosialisasi, Sukardiasih mengatakan angka stunting di Bali sebesar 10,9 persen menurut NSBI 2021. Atas kondisi tersebut, upaya pencegahan mesti digencarkan. Ia mengajak seluruh pihak, mulai dari hulu, yaitu remaja, pasangan usia subur, calon pengantin, ibu hamil, maupun ibu melahirkan dapat berkolaborasi.
Baca juga: Wagub Bali minta dilakukan pemetaan penyebab utama ketengkesan
Dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting, pihaknya telah melakukan pendekatan dengan lapisan masyarakat, mulai dari desa dari yowana atau truna-truni, Majelis Desa Adat, hingga krama istri Bali.
"Kita rangkul semua. Sekolah-sekolah juga, lewat media sosial. Kami punya aplikasi juga untuk memantau," jelasnya.
Di era teknologi, BKKBN juga menyediakan konseling secara daring melalui aplikasi yang sudah disiapkan dan didukung dengan konselor yang sudah terlatih dan bersertifikat.
"Jadi medsos juga sekarang berperan, yang paling berperan ini sekarang media sosial, karena anak-anak sekarang melek IT. Makin solid kita bergerak, maka percepatan pengurangan stunting pada tahun 2024, yang harapannya Bapak Jokowi bisa kita capai," katanya.
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan-anak jadi solusi persempit ketimpangan gender
Sementara itu, Wakil Rektor Undiksha, Rasben Dantes, mengatakan Undiksha sebagai salah satu institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam menanggulangi kasus stunting di Bali, khususnya di Kabupaten Buleleng yang menjadi daerah lokasi kampus.
"Pencegahan dilakukan bersama-sama. Tidak hanya dilakukan oleh BKKBN, pemerintah. Tetapi kami di institusi akademik juga harus ikut berkontribusi terkait dengan itu," katanya.
Ia mencontohkan, upaya pencegahan melalui pendidikan dan pengajaran bisa melalui integrasi pengetahuan-pengetahuan tentang parenting kepada anak didik, kemudian selanjutnya bisa disosialisasikan ke masyarakat di sekitar tempat tinggal.
"Termasuk juga kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui asistensi mengajar di satuan pendidikan. Mereka bisa memberikan informasi lebih dini kepada siswa, siswi yang ada di tingkat SD sampa SMA maupun melalui kegiatan membangun desa, sehingga kami membuka pintu kepada BKKBN untuk bersama melaksanakan pencegahan stunting," ucapnya.
Ditambahkan, Undiksha sudah memiliki pusat kajian stunting. "Itu adalah salah satu kelompok riset yang bekerjasama antar fakultas. Ada Fakultas kedokteran, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik dan Kejuruan," katanya.
Kelompok kajian ini melakukan beberapa kegiatan, baik dari edukasi, pengembangan sistem untuk bisa memiliki data akurat terkait anak-anak yang mengalami stunting maupun remaja-remaja yang berada dalam kondisi yang kritikal.
"Ini kita sasar sebagai target. Memberikan informasi kepada remaja. Bukan hanya orang yang sudah menikah," katanya.
Baca juga: Putri Koster ajak masyarakat Bali bersinergi perangi stunting
Baca juga: Ma'ruf Amin targetkan angka anak kerdil turun hingga tujuh persen