Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan bahwa melalui G20 Indonesia akan mendorong pembangunan pusat studi serta manufaktur bidang kesehatan di negara berkembang.

"Untuk saat ini adalah penguatan hubungan global bagi para ilmuwan di bidang virologi, imunologi, epidemiologi dan bidang keilmuan lainnya yang terkait dengan krisis kesehatan. Langkahnya adalah dengan membangun pusat penelitian di negara berkembang," ujar Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers terkait Health Working Group Pertama yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan mengembangkan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan persiapan dalam merespons terkait krisis kesehatan yang akan datang penting dilakukan.

"Kita tahu dunia saat ini perlu memperluas fasilitas sektor kesehatan secara global agar pandemi ataupun krisis kesehatan lainnya di masa depan bisa dicegah, dan negara-negara di dunia menjadi lebih siap serta mampu merespons lebih cepat terhadap potensi krisis kesehatan lainnya di masa depan," tuturnya.

Saat ini, lanjut dia, terdapat teknologi MRNa dalam pembuatan vaksin. Teknologi itu memungkinkan pengembangan yang lebih cepat terhadap penemuan vaksin dan juga lebih murah serta aman untuk merespons suatu kondisi pandemi.

Namun sayangnya, ia mengatakan saat ini pengembangan vaksin MRNa hanya terjadi di negara-negara maju saja.

"Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya setiap negara harus memiliki akses yang setara terhadap vaksin, terapeutik dan diagnostik," katanya.

Menurutnya, praktik terbaik saat ini adalah memperkuat jaringan kolaborasi dan jejaring antara para ahli ilmuwan pada sektor kesehatan masyarakat.

"Maka dari itu, menjadi sangat penting untuk menetapkan suatu pusat manufaktur regional dan pusat sebagai kolaborasi riset regional," tuturnya.

Ia menambahkan, tanpa ada komitmen politik yang kuat untuk membangun sistem kesehatan global yang lebih kuat, maka negara akan mengalami kesulitan untuk keluar dari situasi sulit sebagai dampak pandemi COVID-19.

Kemudian, katanya, yang tidak kalah penting adalah kita perlu mendorong inisiatif perluasan manufaktur vaksin COVID-19, pengobatan serta diagnostik negara-negara berkembang.