Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia sudah bisa membuat bahan bakar nuklir untuk Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong di Tangerang Selatan, Banten, secara mandiri.

"PT INUKI (PT Industri Nuklir Indonesia) sudah bisa membuat bahan bakar sendiri sejak tahun 1990-an. Artinya secara kemampuan untuk fabrikasi bahan bakar, Indonesia sudah sangat mampu," kata pranata nuklir ahli utama ORTN BRIN Suryantoro dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Suryantoro menuturkan dalam pengoperasian Reaktor Serba Guna GA Siwabessy selama 30 tahun lebih, belum pernah terjadi kecelakaan dan tidak ada masalah sampai saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahan bakar karya anak bangsa itu sudah sangat sesuai dengan standar.

Baca juga: BRIN ingin jadikan riset teknologi nuklir Indonesia bertaraf global
Baca juga: Ketua DPD LaNyalla dukung pembangunan PLTN di Indonesia Suryantoro menjelakan, untuk operasional sehari-hari Reaktor Serba Guna GA Siwabessy dijalankan dengan besar kapasitas 15 MW untuk efisiensi. Kapasitas itu sudah mencukupi untuk menjalankan sejumlah kegiatan diantaranya kegiatan penelitian, produksi isotop untuk bidang industri hingga kesehatan, tes maupun uji material dan percobaan ilmu pengetahuan.

"Dijalankan sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia, reaktor- reaktor nuklir yang dikelola ORTN telah berfungsi selama puluhan tahun dengan aman dan selamat tanpa mengalami insiden," katanya.

Ia menjelaskan, proses pengamanan di reaktor nuklir memakai sistem keselamatan berlapis untuk meminimalisir dampak kerusakan ke manusia dan lingkungan sekitar.

Baca juga: Presidensi G20 jadi momentum mewujudkan PLTN di Indonesia
Baca juga: BRIN promosikan energi nuklir Indonesia di forum internasional

Selain pengembangan bahan bakar nuklir, menurut dia, ORTN BRIN juga mampu mengelola limbah radioaktif dari seluruh wilayah Indonesia.

Limbah radioaktif tersebut antara lain berasal dari kegiatan industri yang menggunakan zat radioaktif, seperti Cobalt 60, Caesium-137, dan Crypton-85 serta limbah yang berasal dari penggunaan zat radioaktif di rumah sakit, khususnya dari bidang kedokteran nuklir.

Suryantoro mengatakan pemanfaatan energi nuklir di Indonesia saat ini sudah cukup optimal terutama di bidang non energi, yakni bidang kesehatan, industri, pertanian dan akselerator untuk energi listrik.

Di bidang kesehatan, teknologi nuklir bisa dimanfaatkan untuk terapi dan diagnosis penyakit kanker yang sudah digunakan di rumah sakit. Di bidang pertanian, diperoleh varietas unggul seperti kedelai dan padi. Di bidang industri, pemanfaatan teknologi nuklir berkaitan dengan penggunaan zat radioaktif.

Baca juga: Kepala BRIN resmikan Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia
Baca juga: Indonesia peroleh penghargaan dari Badan Pangan dan Badan Atom Dunia