Luhut yakinkan investor Singapura prospek investasi di Indonesia
22 Maret 2022 18:49 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam dialog bersama investor Singapura di Singapura, Selasa (22/3/2022). ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakinkan para investor di Singapura untuk melihat prospek investasi di Indonesia yang cerah menyusul transformasi ekonomi yang sedang dijalankan di Tanah Air.
Dalam dialog dengan para investor di Hotel Marriott Singapura, Selasa (22/3), Luhut menyampaikan prospek tersebut dimulai dari kondisi makro ekonomi hingga program hilirisasi yang memberikan nilai tambah.
"Makro ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang sangat baik sekarang ini. Inflasi maupun nilai tukar terkendali karena untuk pertama kalinya neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Menurut Luhut, kondisi itu bukan semata-mata disebabkan oleh karena naiknya harga komoditas, melainkan program hilirisasi yang dilakukan pemerintah memberikan nilai tambah yang sangat tinggi.
"Saya tunjukkan satu data saja mengenai hilirisasi besi dan baja. Apabila lima tahun nilai ekspornya sekitar 1,3 miliar dolar AS, tahun lalu hampir mencapai 21 miliar dolar AS," jelas mantan Dubes RI untuk Singapura itu.
Luhut pun optimis dengan hilirisasi yang dilakukan terhadap mineral yang lain, angka ekspor Indonesia akan semakin meningkat.
Ia menyebut pada 2021, nilai ekspor mencapai angka 232 miliar dolar AS. Pemerintah juga tengah berupaya menekan biaya logistik agar bisa mendorong daya saing nasional.
Menjawab keraguan beberapa investor mengenai data ekonomi yang disajikan, Luhut mengundang mereka untuk melihat sendiri kemajuan yang terjadi di Indonesia.
"Anda boleh melihat apa yang dilakukan di Morowali untuk industri nikel. Anda akan kagum karena setidaknya ada 50 ribu orang yang bekerja di sana dan itu akan menjadi basis untuk pembuatan baterai untuk mobil listrik," kata Luhut.
Selain bertemu dengan para investor, Luhut juga menyempatkan diri melihat pengelolaan sampah yang dijadikan listrik serta solar panel terapung di Tuas.
Luhut didampingi Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu saat meninjau pembangkit listrik dari sampah. Sementara di proyek solar panel terapung, ia bertemu dengan Menteri Senior Bidang Keuangan Tharman Shanmugaratnam.
Lebih lanjut, Luhut juga menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Singapura untuk merumuskan standardisasi dan tata cara pengukuran yang akan dipakai sebagai patokan penetapan perdagangan karbon dari mangrove.
Perguruan tinggi Indonesia dan Singapura bisa diminta untuk membuat kajian dan bahan itu akan menjadi pegangan dalam perumusan kebijakan.
"Bahkan kalau perlu kita ajak juga perguruan tinggi di Eropa seperti Jerman. Kita harus mempunyai rujukan sendiri karena kita memiliki sekitar 200 jenis mangrove yang kemampuan menangkap karbonnya tentu berbeda-beda. Ini tentunya akan membedakan juga penghitungan perdagangan karbonnya," pungkas Luhut.
Baca juga: Indonesia ajak Singapura garap Food Estate dan IKN
Baca juga: Indonesia-Singapura eratkan kerja sama pariwisata dan transisi energi
Dalam dialog dengan para investor di Hotel Marriott Singapura, Selasa (22/3), Luhut menyampaikan prospek tersebut dimulai dari kondisi makro ekonomi hingga program hilirisasi yang memberikan nilai tambah.
"Makro ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang sangat baik sekarang ini. Inflasi maupun nilai tukar terkendali karena untuk pertama kalinya neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Menurut Luhut, kondisi itu bukan semata-mata disebabkan oleh karena naiknya harga komoditas, melainkan program hilirisasi yang dilakukan pemerintah memberikan nilai tambah yang sangat tinggi.
"Saya tunjukkan satu data saja mengenai hilirisasi besi dan baja. Apabila lima tahun nilai ekspornya sekitar 1,3 miliar dolar AS, tahun lalu hampir mencapai 21 miliar dolar AS," jelas mantan Dubes RI untuk Singapura itu.
Luhut pun optimis dengan hilirisasi yang dilakukan terhadap mineral yang lain, angka ekspor Indonesia akan semakin meningkat.
Ia menyebut pada 2021, nilai ekspor mencapai angka 232 miliar dolar AS. Pemerintah juga tengah berupaya menekan biaya logistik agar bisa mendorong daya saing nasional.
Menjawab keraguan beberapa investor mengenai data ekonomi yang disajikan, Luhut mengundang mereka untuk melihat sendiri kemajuan yang terjadi di Indonesia.
"Anda boleh melihat apa yang dilakukan di Morowali untuk industri nikel. Anda akan kagum karena setidaknya ada 50 ribu orang yang bekerja di sana dan itu akan menjadi basis untuk pembuatan baterai untuk mobil listrik," kata Luhut.
Selain bertemu dengan para investor, Luhut juga menyempatkan diri melihat pengelolaan sampah yang dijadikan listrik serta solar panel terapung di Tuas.
Luhut didampingi Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu saat meninjau pembangkit listrik dari sampah. Sementara di proyek solar panel terapung, ia bertemu dengan Menteri Senior Bidang Keuangan Tharman Shanmugaratnam.
Lebih lanjut, Luhut juga menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Singapura untuk merumuskan standardisasi dan tata cara pengukuran yang akan dipakai sebagai patokan penetapan perdagangan karbon dari mangrove.
Perguruan tinggi Indonesia dan Singapura bisa diminta untuk membuat kajian dan bahan itu akan menjadi pegangan dalam perumusan kebijakan.
"Bahkan kalau perlu kita ajak juga perguruan tinggi di Eropa seperti Jerman. Kita harus mempunyai rujukan sendiri karena kita memiliki sekitar 200 jenis mangrove yang kemampuan menangkap karbonnya tentu berbeda-beda. Ini tentunya akan membedakan juga penghitungan perdagangan karbonnya," pungkas Luhut.
Baca juga: Indonesia ajak Singapura garap Food Estate dan IKN
Baca juga: Indonesia-Singapura eratkan kerja sama pariwisata dan transisi energi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: