Bank harus lebih lentur dalam persyaratan modal petani
28 September 2011 11:50 WIB
Petani Indonesia banyak yang tidak mendapat dukungan permodalan memadai dari bank-bank nasional. Alasan klasik yang sering diajukan bank adalah prosedur dan terkait jaminan atas pinjaman modal yang dikucurkan. Di sisi lain, banyak pula pengusaha yang ternyata sikap bisnisnya buruk namun mendapat kemudahan fasilitas perbankan. Sudah berkali-kali negara sering menanggung akibat ulah mereka. (FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang)
Kendari, Sulawesi Tenggara, (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, mengharapkan, perbankan di daerahnya memberi kemudahan khusus bantuan modal para petani di Sultra. Janganlah bank-bank hanya mengejar keuntungan finansial belaka dalam operasionalisasinya.
"Saya himbau perbankan tidak menyamakan persyaratan yang ketat dengan memberikan modal usaha pada pengusaha dengan pinjaman yang besar," kata gubernur di Kendari, Rabu.
Menurut gubernur, pemberian modal usaha bagi petani diharapkan tidak sesulit seperti persyarakat kredit bagi para pengusaha dengan agunan atau jaminan yang harus dipenuhi.
Sementara petani sendiri, dengan lahan perkebunan yang dimiliki itu, tidak semua mempunyai sertifikat,
Ia mengatakan, perbankan tidak harus melihat sisi ekonomi dan keuntungan untuk memberikan bantuan kepada petani itu tetapi bagaimana melihat dari sisi sosial dan pemanfaatan dana yang diberikan itu.
"Bila pengusaha itu mengalami bangkrut banyak yang berusaha mengggelapkan bantuan agar bisa diputihkan. Bahkan, ada yang berusaha melarikan diri ke luar negeri," katanya.
Tetapi bagi petani, dengan pinjaman dana hanya puluhan juta dengan jaminan lahan garapannya itu tetap ada di desanya masing-masing dan tidak mungkin akan kabur ke luar negeri.
"Petani itu aset, karena itu jika perbankan memberi bantuan modal, selain mendukung percepatan ekonomi bangsa, juga sekaligus meringankan beban ekonomi bagi kesejahteraan keluarganya," katanya.
Kadis Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Ahmad Chaedir Nurdin mengatakan, kegiatan Serasehan Kakao 2011 itu bertujuan untuk menyamakan persepsi bagi petani kakao di daerah dalam rangka meningkatkan mutu kakao serta produksi yang lebih besar.
"Kalau selama ini, produksi kakao petani di Sultra, baru mencapai angka rata-rata 400 kg hingga 650 kg per hektare per tahun, maka dengan hasil Serasehan Kakao yang didukung dengan program Gerakan Nasional Kakao (Gernas-kakao) bisa naik hingga 1 ton atau 1,5 ton per hektare," katanya.
Ia mengatakan, dengan areal perkebunan kakao di Sultra yang kini sudah mencapai 241 ribu hektare lebih, dengan produksi baru mencapai 145 ribu ton per tahun maka produksinya masih sangat jauh dibanding dengan hasil yang diperoleh petani di luar daerah Sultra.
"Dengan kegiatan serasehan kakao tahun ini, sedikitnya para kelompok petani kakao akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari beberapa nara sumber yang berpengalaman dibidangnya," katanya.
Kegiatan serasehan kakao 2011 yang berlangsung sehari itu diikuti sedikitnya 450 orang petani se-Sultra yang terhimpun dari kelompok wadah Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) yang dibentuk Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra.***5*** (T.A056/C/B008/B008)
(T.A056/C/B008/B008) 28-09-2011 11:35:30
"Saya himbau perbankan tidak menyamakan persyaratan yang ketat dengan memberikan modal usaha pada pengusaha dengan pinjaman yang besar," kata gubernur di Kendari, Rabu.
Menurut gubernur, pemberian modal usaha bagi petani diharapkan tidak sesulit seperti persyarakat kredit bagi para pengusaha dengan agunan atau jaminan yang harus dipenuhi.
Sementara petani sendiri, dengan lahan perkebunan yang dimiliki itu, tidak semua mempunyai sertifikat,
Ia mengatakan, perbankan tidak harus melihat sisi ekonomi dan keuntungan untuk memberikan bantuan kepada petani itu tetapi bagaimana melihat dari sisi sosial dan pemanfaatan dana yang diberikan itu.
"Bila pengusaha itu mengalami bangkrut banyak yang berusaha mengggelapkan bantuan agar bisa diputihkan. Bahkan, ada yang berusaha melarikan diri ke luar negeri," katanya.
Tetapi bagi petani, dengan pinjaman dana hanya puluhan juta dengan jaminan lahan garapannya itu tetap ada di desanya masing-masing dan tidak mungkin akan kabur ke luar negeri.
"Petani itu aset, karena itu jika perbankan memberi bantuan modal, selain mendukung percepatan ekonomi bangsa, juga sekaligus meringankan beban ekonomi bagi kesejahteraan keluarganya," katanya.
Kadis Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Ahmad Chaedir Nurdin mengatakan, kegiatan Serasehan Kakao 2011 itu bertujuan untuk menyamakan persepsi bagi petani kakao di daerah dalam rangka meningkatkan mutu kakao serta produksi yang lebih besar.
"Kalau selama ini, produksi kakao petani di Sultra, baru mencapai angka rata-rata 400 kg hingga 650 kg per hektare per tahun, maka dengan hasil Serasehan Kakao yang didukung dengan program Gerakan Nasional Kakao (Gernas-kakao) bisa naik hingga 1 ton atau 1,5 ton per hektare," katanya.
Ia mengatakan, dengan areal perkebunan kakao di Sultra yang kini sudah mencapai 241 ribu hektare lebih, dengan produksi baru mencapai 145 ribu ton per tahun maka produksinya masih sangat jauh dibanding dengan hasil yang diperoleh petani di luar daerah Sultra.
"Dengan kegiatan serasehan kakao tahun ini, sedikitnya para kelompok petani kakao akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari beberapa nara sumber yang berpengalaman dibidangnya," katanya.
Kegiatan serasehan kakao 2011 yang berlangsung sehari itu diikuti sedikitnya 450 orang petani se-Sultra yang terhimpun dari kelompok wadah Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) yang dibentuk Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra.***5*** (T.A056/C/B008/B008)
(T.A056/C/B008/B008) 28-09-2011 11:35:30
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: