Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta Rabu pagi kembali melanjutkan penguatan seiring dengan mata uang Asia sebesar 150 poin ke posisi Rp8.900 dibanding sebelumnya Rp9.050 per dolar AS.

Analis pasar uang Bank Saudara Rully Nova mengatakan, kabar Yunani yang berusaha utuk memenuhi pengetatan fiskal yang ditetapkan sebagai syarat pencairan direspon positif oleh pelaku pasar uang.

"Pelaku pasar kembali masuk ke emerging market terkait adanya usaha dalam pengetatan fiskal untuk mendapatkan dana talangan," kata dia.

Ia menambahkan, nilai tukar rupiah menguat pada perdagangan hari ini mengikuti penguatan pada hampir semua mata uang Asia, penguatan juga terjadi pada bursa Asia, termasuk Indeks Haraga Saham gabungan (IHSG).

"Saat ini sentimen lebih cenderung ke eksternal, sentimen pasar global kembali membaik. Pertemuan pemimpin Uni Eropa diharapkan dapat menenangkan kekawatiran pasar dengan memberikan solusi untuk mengatasi krisis utang di Uni Eropa," kata dia.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, dana talangan yang rencananya akan dicairkan pada awal Oktober ini sebesar delapan miliar euro terancam gagal diberikan jika Yunani tidak dapat memenuhi target-target disiplin fiskal yang ditetapkan sebagai syarat pencairan.

"Kekawatiran gagalnya Yunani memenuhi target tersebut membuat pelaku pasar global terus dilanda ketakutan jika Yunani sampai default," katanya.

Ia mengatakan, gagal bayarnya utang Yunani akan membuat perbankan Uni Eropa khususnya Perancis dan Jerman, yang memegang sekitar 60 persen dari obligasi Yunani, akan terancam kerugian besar.

"Hal inilah yang membuat Perancis dan Jerman terus membantu Yunani dengan dana talangan," kata dia.

Namun demikian, lanjut dia, pemerintah Yunani terus meyakinkan Uni Eropa bahwa target tersebut akan terpenuhi.
(ANT)