Yogyakarta (ANTARA News) - Aparat kepolisian dituntut bertindak profesional agar kasus peledakan bom seperti yang terjadi di Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/9), tidak terulang, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Aparat kepolisian juga harus dapat mengungkap pelaku dan aktor intelektual di balik aksi bom bunuh diri di tempat ibadah tersebut," katanya di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, aparat kepolisian juga harus dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk menjaga keamanan, mulai dari tempat strategis hingga di tengah perkampungan. Sistem keamanan terpadu dan terintegrasi perlu diterapkan.

"Saya berharap kasus peledakan bom tidak terulang lagi. Aparat kepolisian dan masyarakat diharapkan dapat membangun kebersamaan untuk ikut menjaga ketertiban dan keamanan," katanya.

Ia mengatakan, kasus peledakan bom itu sangat memprihatinkan. Kejadian tersebut menunjukkan masih ada aktivitas kekerasan di tempat ibadah yang mengusik ketenangan masyarakat.

"Bagi saya kejadian itu sungguh memprihatinkan, karena masyarakat dalam suasana tenang. Aksi bom bunuh diri itu dilakukan untuk membuat kegaduhan dalam kondisi masyarakat yang tenang," katanya.

Menurut dia, aksi bom bunuh diri tersebut terjadi akibat kepicikan seseorang yang merasa paling benar. Tragedi itu membuat suasana menjadi tidak tenang sehingga merugikan masyarakat.

"Para korban bom bunuh diri itu sebagian besar justru tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi," kata Sultan yang juga Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ledakan bom bunuh diri terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jalan AR Hakim Nomor 49 Solo, Minggu (25/9) sekitar pukul 10.55 WIB setelah sekitar 1.000 umat selesai kebaktian.

Ledakan tersebut mengakibatkan seorang, yang diduga pelaku bom bunuh diri tewas dan sebanyak 15 korban luka-luka.

(L.B015*H010/H-KWR)