Seperti prediksi sebagian orang yang berpendapat pertandingan yang diikuti 23 pebalap (tanpa Marc Marquez yang mundur dari race akibat cedera) termasuk Fabio Quartararo itu dipadati penonton ketimbang dua hari sebelumnya dan ini benar-benar terjadi.
ANTARA berkesempatan menonton secara langsung dari Zona A Premium Grandstand yang berada berseberangan dengan Paddock Premiere Class pada Sabtu dan Minggu atau (19/3) dan (20/3) melaui Paket Bundling MotoGP dari tiket.com.
Zona A berada pada trek lurus sehingga pebalap hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk melewati area ini.
Baca juga: Presiden ucap selamat dan terima kasih atas suksesnya MotoGP Mandalika
Baca juga: Oliveira terima trofi juara GP Indonesia dari tangan Presiden Jokowi
Tempat start, podium kemenangan juga berada tepat di seberang Zona A Premium Grandstand namun di sisi kiri. Penonton bisa melihat para pebalap bersiap memulai pertandingan di tempat mereka masing-masing dan mengakhiri
Suara bising mesin motor dan panas terik matahari menemani saat-saat menonton, ditambah semilir angin yang sanggup menerbangkan topi-topi tak terpasang pas di kepala pada tahap kualifikasi yang berlangsung pada Sabtu.
Suara bising ini bahkan masih bisa terdengar dari pantai Araguling kawasan Tumpak, Pujuk, Lombok Tengah yang berjarak sekitar 13 km dari sirkuit.
Pada Sabtu, masih banyak tersedia bangku kosong di tribun penonton, sehingga memungkinkan mereka berpindah-pindah tempat di zona yang sama demi mendapatkan spot menonton dan memotret terbaik.
Lokasi favorit salah satunya berada di bagian depan hingga belakang dekat layar besar yang memperlihatkan berbagai kejadian selama pertandingan, lengkap dengan lap yang sudah dilewati para pebalap dan posisi mereka.
Pada sesi kualifikasi pertama dan kedua kala itu, momen saat Marc Marquez diantar timnya menggunakan sepeda motor usai terjatuh di lintasan balap dan melewati area penonton menjadi salah satu yang disambut antusias penonton.
Mereka tak lupa merekam detik-detik Marquez lewat sembari berteriak menyemangati. Ini salah satu waktu sang pebalap dengan julukan "Baby Alien" itu lebih dekat pada penonton. Sementara Marquez dalam kondisi helm masih terpasang sempat menoleh sesaat dan memberi lambaian tangan pada penonton.
Topi, tabir surya, air putih dan handuk kecil menjadi senjata yang cukup melawan panas dan dehidrasi pada hari yang terik kala itu. Sementara payung tidak diperbolehkan digunakan selama menonton. Walau begitu penonton masih dibolehkan membawanya.
Sepatu yang nyaman bisa melindungi kaki dari medan menuju sirkuit yang sebagian besar tanah lembek dan beberapa di antaranya sudah membentuk kubangan, mirip trek perjalanan offroad. Pakaian yang menyerap keringat dan tipis pun tak ketinggalan menjadi perisai dari sengatan sang matahari.
Tetapi kondisi berbeda terjadi pada race utama di hari Minggu. Sebagian penonton bahkan sudah menduduki kursi-kursi yang tersedia beberapa jam sebelum race yang dijadwalkan berlangsung pukul 15.00 WITA.
Cuaca yang semula cerah berubah mendung dan hujan pada menit-menit terakhir menjelang jam balapan dimulai. Giliran jas hujan yang menjadi penyelamat kala itu, setidaknya mengamankan ponsel dan kamera yang dibawa masuk ke arena menonton.
Sebagian penonton juga mengeluarkan payung yang dibawa semata untuk melindungi pakaian dari tetesan air hujan. Sebelum pertandingan di mulai, panitia acara membolehkan penggunaan payung.
Tetapi hujan yang semula rintik-rintik perlahan menjadi deras. Akibatnya, balapan sempat diundur selama sejam ke pukul 16.00 WITA, cukup mengecewakan bagi sebagian penonton.
Walau begitu, race tetap dilangsungkan akhirnya dan ini mengembalikan semangat penonton yang sempat merasakan jari-jarinya mengkerut akibat kedinginan.
Fabio yang finish di posisi kedua pada balapan sore itu memberi kenangan manis bagi para penonton di Zona A. Usai menerima piala di podium, dia mendekat ke arah penonton di Zona A, menyapa mereka lebih dekat lalu melempar sarung tangan dan topi pada penonton beruntung.
Penonton histeris sembari menyapa pebalap asal Prancis itu. Tentu saja, mereka merekam momen itu menggunakan gawai masing-masing dan menyapa sang pebalap yang terus melempar senyuman.
Usai menonton race yang dimenangkan Rider Red Bull KTM, Miguel Oliveira itu para penonton bisa menikmati konser musik yang digelar tak jauh dari kawasan Zona A. Sederet musikus tampil bergantian sejak Sabtu hingga Minggu. Pada gelaran hari Minggu, giliran penyanyi Pamungkas, band Slank dan Samsons yang tampil.
Sembari ditemani alunan nyanyian Pamungkas berjudul "Sorry", penonton berjalan melewati North Tunnel dan South Tunnel yang menjadi penghubung dari arena balap ke lokasi parkir dan shuttle bus.
Terowongan seluas 1.935 meter persegi yang juga menjadi jalan masuk ini diwarnai visual art hasil kolaborasi Pertamina dengan komunitas graffiti Gardu House yang ingin memberikan pengalaman positif bagi penikmat olahraga otomotif dari berbagai belahan dunia.
Proses kreatif North Tunnel dan South Tunnel melibatkan setidaknya 50 seniman visual dari berbagai kota di Indonesia. Pengerjaan dilakukan selama 12 jam setiap harinya dalam waktu kurang lebih14 hari hingga siap dipublikasikan.
North Tunnel ini menjadi jalur penonton di tribune VIP, diarsiteki langsung oleh seniman graffiti asal Jakarta, Darbotz dan Stereoflow. Kolaborasi yang mereka beri judul "The Harder The Battle, The Sweeter The Victory".
Konsep ini menggambarkan kerasnya perjuangan para pebalap yang berlaga di Sirkuit Pertamina Mandalika. Walaupun semuanya adalah insan yang kompetitif, namun hanya beberapa pebalap terbaik yang naik podium dan merasakan the sweetest victory.
Sementara South Tunnel yang memiliki luas 731,2 meter persegi dan menjadi jalur penonton digagas oleh local hero asal Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat, Paerstud. Dia bersama tim yang terdiri dari 20 orang visual artist dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Barat, Paerstud membentang konsep berjudul "Energizing Mandalika For A Brighter Indonesia".
Objek utama dari visual art yang digambarkan Paerstud dan kawan-kawan yakbi Burung Garuda yang bergerak maju ke arah yang lebih baik. Objek ini didukung dua hal sebagai entitas kultural masyarakat Lombok yakni Terune (laki-laki) saat memainkan gendang Beleq dan Dedare (perempuan) yang menyuguhkan kocor tembikar berisi air bersih.
Baca juga: Meriahkan MotoGP Mandalika 2022, BNI gerakkan KAWAN
Baca juga: Glamping akomodasi alternatif penonton MotoGP 2022
Baca juga: Nasi Balap Puyung bagi pencinta sensasi kuliner pedas