Kuburan massal 1.700 tahanan ditemukan di Tripoli
26 September 2011 03:38 WIB
Sejumlah orang berdiri mengelilingi bongkahan tulang yang ditemukan pada kuburan masal di Tripoli, Minggu (25/9). Pemerintah sementara Libya menemukan sebuah kuburan masal di ibukota yang berisi 1270 jenazah dari orang-orang yang tewas dibunuh pasukan Gaddafi dalan pembantaian 1996 di penjara Abu Salim Tripoli. (FOTO ANTARA/REUTERS/Suhaib Salem/djo/11)
Tripoli (ANTARA News) - Mayat lebih dari 1.700 tahanan yang dieksekusi pada 1996 di penjara terkenal Abu Salim, Tripoli, ditemukan di sebuah kuburan massal di ibu kota Libya tersebut, kata seorang juru bicara Dewan Transisi Nasional (NTC), Minggu.
"Kami menemukan tempat dimana seluruh syuhada ini dimakamkan," kata Khalid Sharif, juru bicara dewan militer NTC, dengan menambahkan bahwa itu merupakan bukti "tindakan kriminal" oleh rejim terguling Muammar Gaddafi.
Salim al-Farjani, seorang anggota komite yang dibentuk untuk mengidentifikasi mayat-mayat itu, meminta bantuan internasional.
"Kami meminta organisasi asing dan masyarakat internasional membantu kami dalam tugas mengidentifikasi kerangka lebih dari 1.700 orang," kata Farjani.
"Kami diundang untuk mengunjungi tempat dimana mayat para tahanan Abu Salim ditemukan dan kami melihat tulang-tulang manusia yang berserakan," katanya.
Farjani juga menunjuk pada "tindakan mengerikan yang dilakukan pada mayat-mayat itu, yang disiram asam untuk menghilangkan bukti pembantaian ini".
Sharif mengatakan, tugas mengidentifikasi mayat itu akan "memerlukan waktu".
Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional selama beberapa tahun mendesak rejim Gaddafi menjelaskan nasib tahanan yang tewas di penjara itu selama kerusuhan 1996.
Demonstrasi pertama di Libya, yang akhirnya menggulingkan Gaddafi, meletus pada Februari di Benghazi, ketika keluarga korban Abu Salim menyerukan protes untuk menentang penangkapan pengacara mereka.
Keberadaan Gaddafi hingga kini tidak diketahui secara jelas. Dari tempat persembunyiannya, ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.
Dewan itu kini sedang dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Gaddafi.
NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.
Kelompok pemberontak Libya kini telah memasuki Tripoli dan rejim Gaddafi telah dianggap jatuh oleh banyak kalangan.
Negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya antara lain China, Rusia, Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.
Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Gaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, demikian AFP melaporkan.
(SYS/M014)
"Kami menemukan tempat dimana seluruh syuhada ini dimakamkan," kata Khalid Sharif, juru bicara dewan militer NTC, dengan menambahkan bahwa itu merupakan bukti "tindakan kriminal" oleh rejim terguling Muammar Gaddafi.
Salim al-Farjani, seorang anggota komite yang dibentuk untuk mengidentifikasi mayat-mayat itu, meminta bantuan internasional.
"Kami meminta organisasi asing dan masyarakat internasional membantu kami dalam tugas mengidentifikasi kerangka lebih dari 1.700 orang," kata Farjani.
"Kami diundang untuk mengunjungi tempat dimana mayat para tahanan Abu Salim ditemukan dan kami melihat tulang-tulang manusia yang berserakan," katanya.
Farjani juga menunjuk pada "tindakan mengerikan yang dilakukan pada mayat-mayat itu, yang disiram asam untuk menghilangkan bukti pembantaian ini".
Sharif mengatakan, tugas mengidentifikasi mayat itu akan "memerlukan waktu".
Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional selama beberapa tahun mendesak rejim Gaddafi menjelaskan nasib tahanan yang tewas di penjara itu selama kerusuhan 1996.
Demonstrasi pertama di Libya, yang akhirnya menggulingkan Gaddafi, meletus pada Februari di Benghazi, ketika keluarga korban Abu Salim menyerukan protes untuk menentang penangkapan pengacara mereka.
Keberadaan Gaddafi hingga kini tidak diketahui secara jelas. Dari tempat persembunyiannya, ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.
Dewan itu kini sedang dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Gaddafi.
NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.
Kelompok pemberontak Libya kini telah memasuki Tripoli dan rejim Gaddafi telah dianggap jatuh oleh banyak kalangan.
Negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya antara lain China, Rusia, Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.
Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Gaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, demikian AFP melaporkan.
(SYS/M014)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: