Lombok Tengah (ANTARA) - Dusun Sasak Sade,, Rembitan, Pujut, Lombok Tengah termasuk salah satu lokasi wisata yang menjadi pilihan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara kala mengunjungi Lombok, termasuk di sela gelaran MotoGP Mandalika yang memasuki masa latihan bebas ketiga dan kualifikasi pada Sabtu ini dan race utama pada Minggu (20/3).
Desa ini berjarak sekitar 11 km dari Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abduk Madjid dan arena balap Pertamina Mandalika International Street Circuit. Dusun Sasak Sade menjadi salah satu kawasan tinggal masyarakat Sasak yang masih mempertahankan tradisi. Saat ini, desa itu dihuni sekitar 700 orang atau 150 kepala keluarga.
Baca juga: Lombok Tengah perkuat pengembangan desa wisata bertaraf Internasional
Pada Jumat (18/3) desa ini dipadati pengunjung yang rata-rata datang secara rombongan untuk melihat seperti apa gambaran kehidupan warga Sasak yang menghuni pulau Lombok itu.
Bagi Anda yang ingin membawa buah tangan untuk orang-orang tersayang di rumah, ada beberapa pilihan yang disediakan masyarakat setempat. Salah satunya kopi Sasak. Biji kopi Sasak ini langsung ditumbuk para wanita Sasak menggunakan alat dan cara tradisional untuk menghasilkan rasa khas. Kopi ditumbuk dengan campuran sedikit beras. Anda masih bisa melihat bagaimana pengolahan kopi ini saat berkeliling di Sade.
Warga Dusun Sasak Sade yang berprofesi sebagai pemandu, Bayu menuturkan, para tetua menambahkan beras agar kopi bisa aman dikonsumsi saat perut mereka masih kosong. Biasanya masyarakat Sasak meminum kopi saat lengang, baik itu pada pagi, siang atau malam hari.
"Kopi Sasak mereka campur pakai beras sedikit karena untuk orangtua kami di sini kalau mau berangkat ke sawah sarapannya hanya pakai kopi saja. Makanya mereka campur dengan beras sedikit. Biar tidak maag katanya," tutur dia.
Kopi ini dijual dalam kemasan yang sudah diberi label dan tak berlabel. Harga yang ditawarkan beragam tergantung hasil tawar menawar Anda dengan warga desa, bisa mulai dari Rp20 ribu-60 ribu per bungkusnya.
Baca juga: Wisata Gunung Tunak diharapkan Go Internasional
Selain kopi, kain tenun yang biasa disebut tenun songket juga bisa menjadi pilihan buah tangan Anda. Ada beragam motif dan ukuran kain yang tersedia dengan harga jual yang juga bervariasi mulai dari Rp100 ribu.
Para wanita Sasak di Desa Sade masih melestarikan tradisi menenun sebagian bagian dari kegiatan sehari-hari mereka. Hasil tenunan ini mereka jual pada wisatawan yang berkunjung untuk menambah pundi-pundi keuangan mereka.
Anda bisa menjumpai kain tenun beraneka warna yang dihasilkan dari bahan-bahan alami seperti daun sirih untuk menghasilkan warna hijau, batok kelapa yang dibakar untuk warna hitam, kunyit untuk warna kuning dan kapur sirih sebagai warna putih.
Tak hanya dalam bentuk kain, hasil tenunan juga mereka jadikan produk jadi siap pakai seperti bucket hat yang dijual Rp50 ribu per buah, dompet seharga Rp100 ribu per 5 buah dan baju atasan pendek dengan harga Rp100 ribu.
Bagi penyuka gelang-gelang berwarna-warni berbahan kain atau khas lokasi yang dikunjungi, cukup mengeluarkan kocek Rp5 ribu-10 ribuan untuk satu hingga tiga gelang.
Sementara bagi para pemburu foto, ada berbagai lokasi dan atraksi yang bisa Anda jadikan objek, antara lain pohon cinta, menara pengawas untuk mendapatkan foto desa dari atas, para wanita menenun hingga rumah adat Sasak.
Baca juga: Kemendes PDTT bantu dua desa wisata di Lombok Barat
Selain itu, ada juga atraksi Peresean atau Tari Perang yang dilakukan para pria Sasak Desa Sade. Dua pria saling berhadapan sambil membawa rotan sebagai penjalin (pemukul) dan tameng berbentuk segi empat atau ende yang terbuat dari kulit kerbau.
Tarian yang sebenarnya dilakukan untuk meminta hujan pada musim kemarau itu tak akan melukai lawan atau menumpahkan darah.
Peresean termasuk dalam seni tari daerah Lombok. Petarung dalam peresean disebut pepadu dan wasit dinamakan pakembar. Pertarungan nantinya diiringi suara gamelan Sasak yang terdiri dari gendang, suling, gong dan rincik dalam tempo cepat. Peresean akan dihentikan saat salah seorang pepadu menyerah alias kalah atau pertarungan dihentikan pakembar.
Baca juga: Wagub NTB resmikan Desa Wisata Bonjeruk
Baca juga: Pantai Batu Payung nan menggoda mata
Rumah adat Sasak salah satunya Bale Tani sebagai tempat tinggal juga dapat menjadi bagian dari objek foto Anda. Bangunan ini memiliki atap berbahan jerami atau alang-alang, berdinding anyaman dengan hanya ada satu pintu berukuran sempit dan rendah di sana.
Lantai bangunan berasal dari tanah liat yang dicampur sekam padi. Masyarakat Sasak mengepel lantai menggunakan kotoran sapi atau kerbau. Kotoran ini dicampur dengan air agar mudah merata lalu disapukan ke lantai.
"Kotoran sapi dicampur air biar mudah merata. Kalau sudah kering nanti disapu, nanti digosok biar mengkilat. 30 menit sudah hilang baunya. Kalau sudah kering baunya tidak ada lagi," tutur Bayu.
Penggunaan kotoran sapi ini selain bertujuan untuk memperkuat lantai rumah juga sebagai pengganti semen. Lantai rumah nantinya mejadi kuat dan tidak mudah retak.
Selain Bale Tani, lumbung panen dan Berugaq Sekenam atau balai pertemuan juga dapat menjadi salah satu objek foto Anda. Bangunan ini digunakan untuk kepentingan publik seperti sunatan dan lainnya.
Baca juga: Desa Setanggor, desa wisata Lombok Tengah
Baca juga: Bilelando, wisata bahari andalan Lombok Tengah
Baca juga: Bupati Lombok Tengah ingin pariwisata NTB geser Bali
Artikel
Oleh-oleh melancong ke Dusun Sasak Sade
Oleh Lia Wanadriani Santosa
19 Maret 2022 06:18 WIB
Suasana di pintu masuk Desa Adat Sade, Rembitan, Pujut, Lombok Tengah, Sabtu (19/3/2022). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa/am.
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022
Tags: