Jenewa (ANTARA) - Seorang pejabat Program Pangan Dunia (WFP) pada Jumat mengatakan bahwa rantai pasokan makanan di Ukraina lumpuh karena sebagian infrastruktur hancur dan banyak toko kelontong serta gudang kosong.

"Persediaan makanan negara tersebut berantakan. Arus masuk barang melambat karena situasi yang tidak aman dan keengganan para sopir," kata Koordinator Darurat WFP untuk krisis Ukraina Jakob Kern saat konferensi pers di Jenewa melalui tautan video dari Polandia.

Ia juga menyampaikan keprihatinan seputar situasi di "kota-kota yang dikepung" seperti Mariupol, di mana persediaan makanan dan air habis dan konvoi WFP tidak mendapat akses masuk ke kota tersebut.

WFP membeli hampir separuh pasokan gandum mereka dari Ukraina. Kern mengatakan krisis di sana sejak invasi Rusia 24 Februari membuat harga pangan melambung.

"Dengan harga pangan global mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa, WFP juga prihatin dengan dampak krisis Ukraina terhadap ketahanan pangan dunia, apalagi di tempat-tempat yang rawan kelaparan," katanya, seraya memperingatkan "kelaparan serupa" di tempat lain.

WFP mengeluarkan dana tambahan 71 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun) per bulan untuk pangan tahun ini akibat inflasi dan krisis Ukraina, katanya. Dia menambahkan bahwa jumlah itu akan mencakup persediaan makanan untuk 4 juta orang.

"Kami mengganti pemasok sekarang namun itu berdampak pada harga," katanya.

"Semakin jauh Anda membeli, semakin mahal harganya."

Sumber: Reuters

Baca juga: FAO peringatkan konflik Ukraina berdampak besar pada ketahanan pangan
Baca juga: Miliarder Rusia: Dunia hadapi krisis pangan akibat perang Ukraina
Baca juga: Bank Dunia: Inflasi terkait perang Ukraina bisa picu protes, kerusuhan