Bandung (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman D. Hadad, mengatakan bahwa industri perbankan nasional secara fundamental masih sangat kuat untuk menghadapi krisis ekonomi global yang berdampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"Kondisi fundamental bank kita sangat baik. Modal bank kuat karena CAR masih tinggi. Begitu pula NPL sangat rendah dan likuiditas juga bagus. Jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari situasi yang berkembang saat ini," katanya di Bandung, Sabtu.
Namun, ia mengemukakan, meski secara fundamental bagus, perbankan diminta tetap siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi sebagai dampak krisis di Eropa dan AS.
"Kita berharap gejolak bisa segera selesai dan bank bisa fokus ke intermediasi, dan bisa bantu mesin ekonomi nasional. Dengan indikator itu kita bisa punya daya tahan, meski kehati-hatiaan harus tetap ditunjukkan karena ini tidak boleh dianggap remeh," katanya.
Eksposur utang perbankan terhadap aset-aset di Eropa dan AS kecil sekali, meski tidak berarti bisa anggap ringan, karena dampak langsung memang belum terlihat, tetapi dampak lanjutannya bisa saja, ujarnya.
Muliaman mengatakan, target kredit perbankan sampai akhir tahun justru dinaikkan dalam perubahan rencana bisnis bank (RBB) tahun ini dari 23,5 persen menjadi 24,2 persen.
"Ini gambaran bahwa industri perbankan melihat masih ada permintaan kredit yang besar," katanya.
Selain itu, ia menilai, komposisi kredit yang disalurkan juga lebih banyak ke kredit produktif yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja meski kredit konsumsi juga masih tumbuh tinggi.
"Secara kualitas kredit membaik, karena lebih ke sektor produktif yang akan memberikan nilai tambah pada perekonomian dengan menambah agregat suplai perekonomian," katanya.
Khusus untuk kredit konsumsi, Muliaman mengatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus pada kredit kendaraan bermotor yang belakangan tumbuh di atas 30 persen, sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan persoalan.
(T.D012/R010)
Perbankan nasional tahan krisis
24 September 2011 12:54 WIB
Muliaman D. Hadad. (ANTARA)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: