Pengamat: Tahun 2022 momentum kembangkan mobil listrik di Indonesia
17 Maret 2022 22:17 WIB
Dokumentasi. Tangkapan layar Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira dalam webinar "Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal" yang dipantau di Jakarta, pada Kamis (2/12). (Adimas Raditya)
Bandarlampung (ANTARA) - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa 2022 menjadi momentum bagi pengembangan mobil listrik di Indonesia, terlebih di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia saat ini.
"Dengan kenaikan harga minyak mentah, apalagi di atas 100 dolar AS per barel ini sebenarnya menjadi insentif bagi masyarakat untuk beralih ke mobil listrik. Konsumen di AS sangat tertekan dengan kenaikan harga BBM, sehingga mereka beralih ke mobil listrik yang biaya bahan bakarnya jauh lebih murah," kata Bhima lewat keterangannya diterima di Bandarlampung, Kamis.
Harga minyak mentah dunia telah melonjak di atas 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir saat Rusia menginvasi Ukraina, dan harga minyak terus naik saat konflik meningkat.
Harga minyak WTI mencapai level tertinggi 130,5 dolar AS per barel awal pekan lalu. Sementara harga minyak Brent diperdagangkan setinggi 139,26 dolar AS per barel.
Sementara di Indonesia, lanjut dia, pengembangan ekosistem mobil listrik harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
Salah satunya dengan memberikan lebih banyak insentif kepada pengembangan mobil listrik.
Selain memberi insentif, Bhima menilai pemerintah juga harus menjadi contoh peralihan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Misalkan, pemerintah pusat dan daerah harus menjadikan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas di instansi-instansi pemerintah.
"Harus ada Instruksi Presiden atau Peraturan Presidennya, sehingga mobil listrik dan motor listrik saat ini ada di kantor-kantor pemerintahan. Jadi harus dicontohkan dulu oleh pemerintah," ungkapnya.
Terkait dengan kesiapan infrastruktur, fasilitas penunjang, dan harga kendaraan listrik, Bhima mengakui jika di Indonesia ketiga hal tersebut masih menjadi hambatan besar pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Namun demikian, dia juga mengapresiasi upaya dari BUMN seperti PLN yang terus menambah fasilitas pengisian daya listrik bagi kendaraan masa depan tersebut.
"Itu memang menjadi penghalang bagi ekosistem mobil listrik di Indonesia. Tetapi dengan keberadaan PLN charging station itu sangat membantu di setiap SPBU sampai ke daerah-daerah. Ini menjadi sarana pendukung bagi kendaraan listrik," tuturnya.
Baca juga: Menperin optimistis Indonesia jadi pemain kunci kendaraan listrik
Baca juga: Presiden Jokowi luncurkan mobil listrik pertama di Indonesia
Baca juga: Kemenhub sebut IKN akan gunakan kendaraan listrik dan otonom
"Dengan kenaikan harga minyak mentah, apalagi di atas 100 dolar AS per barel ini sebenarnya menjadi insentif bagi masyarakat untuk beralih ke mobil listrik. Konsumen di AS sangat tertekan dengan kenaikan harga BBM, sehingga mereka beralih ke mobil listrik yang biaya bahan bakarnya jauh lebih murah," kata Bhima lewat keterangannya diterima di Bandarlampung, Kamis.
Harga minyak mentah dunia telah melonjak di atas 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir saat Rusia menginvasi Ukraina, dan harga minyak terus naik saat konflik meningkat.
Harga minyak WTI mencapai level tertinggi 130,5 dolar AS per barel awal pekan lalu. Sementara harga minyak Brent diperdagangkan setinggi 139,26 dolar AS per barel.
Sementara di Indonesia, lanjut dia, pengembangan ekosistem mobil listrik harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
Salah satunya dengan memberikan lebih banyak insentif kepada pengembangan mobil listrik.
Selain memberi insentif, Bhima menilai pemerintah juga harus menjadi contoh peralihan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Misalkan, pemerintah pusat dan daerah harus menjadikan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas di instansi-instansi pemerintah.
"Harus ada Instruksi Presiden atau Peraturan Presidennya, sehingga mobil listrik dan motor listrik saat ini ada di kantor-kantor pemerintahan. Jadi harus dicontohkan dulu oleh pemerintah," ungkapnya.
Terkait dengan kesiapan infrastruktur, fasilitas penunjang, dan harga kendaraan listrik, Bhima mengakui jika di Indonesia ketiga hal tersebut masih menjadi hambatan besar pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Namun demikian, dia juga mengapresiasi upaya dari BUMN seperti PLN yang terus menambah fasilitas pengisian daya listrik bagi kendaraan masa depan tersebut.
"Itu memang menjadi penghalang bagi ekosistem mobil listrik di Indonesia. Tetapi dengan keberadaan PLN charging station itu sangat membantu di setiap SPBU sampai ke daerah-daerah. Ini menjadi sarana pendukung bagi kendaraan listrik," tuturnya.
Baca juga: Menperin optimistis Indonesia jadi pemain kunci kendaraan listrik
Baca juga: Presiden Jokowi luncurkan mobil listrik pertama di Indonesia
Baca juga: Kemenhub sebut IKN akan gunakan kendaraan listrik dan otonom
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: