"Masyarakat perlu meningkatkan kesadarannya untuk dites ketika merasa bergejala," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Pertama, kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak). Kedua, kesadaran tinggi untuk dites ketika merasa bergejala. Ketiga, kesadaran tinggi untuk mengisolasi diri ketika merasa tidak sehat bahkan terdiagnosa positif.
Baca juga: Pesawat wajib sediakan ruang karantina bagi penumpang positif COVID-19
Menurutnya, turunnya testing ini perlu menjadi kewaspadaan bersama. Pasalnya, hanya dengan di tes maka masyarakat dapat membedakan orang positif dan tidak.
"Jangan sampai turunnya angka testing ini berdampak pada penurunan data kasus yang semu, yang berpotensi meningkatkan jumlah orang positif yang tidak teridentifikasi. Angka testing harus tetap dipertahankan bahkan harus terus ditingkatkan," katanya.
Menurutnya, menurunnya angka testing di masa penyesuaian kebijakan saat ini diakibatkan oleh kesadaran masyarakat yang minim.
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022, alasan utama masyarakat melakukan test COVID-19 karena program kantor yaitu sebesar 51 persen, persyaratan perjalanan sebesar 38,1 persen, dan program pelacakan 23,3 persen.
"Hanya 18,7 persen responden yang melakukan tes karena merasa tidak sehat," paparnya.
"Untuk itu mari lakukan tes apabila merasa bergejala atau selepas beraktivitas dengan risiko penularan tinggi, seperti perjalanan jarak jauh dan kunjungan ke tempat keramaian dengan interaksi yang intens," ucapnya.
Baca juga: Satgas: Laju vaksinasi di 15 provinsi turun saat kasus COVID-19 tinggi Baca juga: Satgas: Penetapan status endemi merupakan otoritas WHO