Gubernur BI: Penyesuaian GWM rupiah serap likuiditas bank Rp55 triliun
17 Maret 2022 15:54 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (17/3/2022). ANTARA/Agatha Olivia.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan penyesuaian secara bertahap Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah tahap pertama dan pemberian insentif GWM sejak 1 Maret 2022 menyerap likuiditas perbankan sekitar Rp55 triliun secara neto.
"Penyerapan likuiditas tersebut tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan APBN," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan GWM rupiah secara bertahap tersebut berlangsung tanpa mengganggu kondisi likuiditas perbankan.
Pada Februari 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tetap tinggi sehingga mencapai 32,72 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 11,11 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
BI juga melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana dalam rangka koordinasi fiskal-moneter sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang berlaku hingga 31 Desember 2022.
Langkah tersebut dilakukan untuk pendanaan APBN 2022 dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp8,76 triliun sejak 1 Januari hingga 15 Maret 2022, melalui mekanisme lelang utama dan greenshoe option.
"Pembelian SBN tersebut telah mempertimbangkan kondisi pasar SBN dan dampaknya terhadap likuiditas perekonomian," jelas Perry.
Pada Februari 2022, ia menyampaikan likuiditas perekonomian juga tercatat tetap longgar, yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 18,3 persen (yoy) dan 12,5 persen (yoy).
Pertumbuhan uang beredar, baik dalam arti sempit maupun luas terutama didukung oleh berlanjutnya peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal.
Baca juga: BI beri insentif pelonggaran GWM hingga 1 persen bagi bank
Baca juga: Bank Mandiri siap konversi ekses likuiditas Rp24 triliun ke GWM
Baca juga: BI naikkan GWM rupiah bagi Bank Umum Konvensional menjadi 5 persen
"Penyerapan likuiditas tersebut tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan APBN," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan GWM rupiah secara bertahap tersebut berlangsung tanpa mengganggu kondisi likuiditas perbankan.
Pada Februari 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tetap tinggi sehingga mencapai 32,72 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 11,11 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
BI juga melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana dalam rangka koordinasi fiskal-moneter sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang berlaku hingga 31 Desember 2022.
Langkah tersebut dilakukan untuk pendanaan APBN 2022 dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp8,76 triliun sejak 1 Januari hingga 15 Maret 2022, melalui mekanisme lelang utama dan greenshoe option.
"Pembelian SBN tersebut telah mempertimbangkan kondisi pasar SBN dan dampaknya terhadap likuiditas perekonomian," jelas Perry.
Pada Februari 2022, ia menyampaikan likuiditas perekonomian juga tercatat tetap longgar, yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 18,3 persen (yoy) dan 12,5 persen (yoy).
Pertumbuhan uang beredar, baik dalam arti sempit maupun luas terutama didukung oleh berlanjutnya peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal.
Baca juga: BI beri insentif pelonggaran GWM hingga 1 persen bagi bank
Baca juga: Bank Mandiri siap konversi ekses likuiditas Rp24 triliun ke GWM
Baca juga: BI naikkan GWM rupiah bagi Bank Umum Konvensional menjadi 5 persen
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: