Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis siang, merosot tajam menembus 9.000 per dolar AS tatkala investor asing gencar melepas rupiah karena mengkhawatirkan dampak krisis utang Eropa.

Nilai tukar rupiah turun 185 poin menjadi 9.045 per dolar AS dari sebelumnya 8.860.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova, mengatakan bahwa pelaku pasar asing panik melihat bank sentral AS (The Fed) dengan jelas tidak menyebutkan program paket stimulus dalam upaya memperbaiki ekonominya.

The Fed hanya menyebutkan akan tetap mempertahankan suku bunga rendah dua tahun kedepan dan akan menerbitkan obligasi dari jangka pendek ke jangka menengah, katanya.

Rully Nova mengatakan, rupiah kemungkinan akan kembali terpuruk karena pasar uang global dan regional makn negatif yang menekan pasar uang domestik.

"Kami optimis rupiah akan terus melemah hingga mendekati angka Rp9.100 per dolar," ucapnya.

Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) kemungkinan hanya berada di pasar memantau pergerakan rupiah yang terus terpuruk, akibat derasnya aksi lepas rupiah tersebut.

BI tidak akan melakukan intervensi, karena tekanan negatif pasar makin kuat dan akan intervensi apabila peluang untuk masuk memang ada, ucapnya.

Menurut dia, tekanan pasar itu diperkirakan hanya sementara dan pada saatnya akan kembali mereda, setelah para pejabat Uni Eropa dan AS menemukan cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi makin besar.

Ia memperkirakan rupiah masih akan merosot hingga mencapai 9.100 per dolar, bahkan berpeluang menyentuh 9.200 per dolar.

Sementara analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan, memperkirakan posisi rupiah akan kembali pada tahun 2010 yang berkisar antara 9.200 sampai 9.400 per dolar.

Namun apabila itu tidak terjadi, maka rupiah akan kembali membaik karena arus modal asing kembali masuk ke pasar domestik.

(H-CS)