Jakarta (ANTARA News) - Bursa-bursa saham regional bergerak melemah sehingga memberi dampak negatif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indoensia (BEI) dalam pembukaan transaksi pada Kamis tertekan ke level 3.600 poin.

IHSG BEI dibuka turun 78,97 poin atau 2,13 persen ke posisi 3.618,52. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 19,60 poin atau 3,13 persen ke posisi 623,23 poin.

Bursa regional diantaranya indeks Hang Seng melemah 161,67 poin (3,91 persen) ke level 18.087,26, indeks Nikkei-225 turun 142,84 poin (1,63 persen) ke level 8.598,32, dan Straits Times melemah 47,04 poin (1,68 persen) ke level 2.744,75.

Analis Milenium Danatama Sekuritas, Ahmad Riyadi, di Jakarta mengatakan, kebijakan baru Bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) dengan melakukan pembelian surat utang jangka panjang dan menjual surat utang jangka pendek.

"Kondisi itu, memberikan kekecewaan terhadap investor yang menilai kebijakan baru ini tidak memberikan dampak yang signifikan pada pasar," katanya.

Meski IHSG BEI berada dalam jenuh jual (oversold), ia mengatakan, pada perdagangan hari ini diperkirakan masih tetap tertekan seiring terkoreksinya bursa Wallstreet dan bursa regional.

"Di samping itu terjadi depresiasi rupiah di atas Rp9.000 terhadap dolar AS," kata dia.

Ia memperkirakan, secara teknikal jika indeks BEI gagal bertahan di level 3.631 poin, maka diprediksi IHSG BEI akan menyentuh level 3.590 poin.

Pengamat pasar saham, Christine Salim, mengemukakan bahwa IHSG BEI kembali mengalami tekanan koreksi seiring sentimen negatif dari bursa global dan diperparah oleh pelemahan tajam nilai tukar rupiah pagi ini.

"Beberapa sektor yang sensitif terhadap nilai tukar seperti Astra International (ASII), United tractor (UNTR) dan beberapa saham sektor consumer seperti Kalbe Farma (KLBF), Indofood Sukses Makmur (INDF), Unilever (UNVR)," ujarnya.

Ia menambahkan, pesimisme investor muncul seiring pernyataan The Fed bahwa ekonomi AS berada dalam resiko perlambatan meski kemudian diikuti dengan kebijakan stimulus pembelian Surat Utang Negara (SUN) bertenor panjang senilai 400 miliar dolar AS untuk menekan suku bunga pinjaman di AS. (*)