Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia meyakini nilai tukar rupiah segera kembali menguat mengingat pelemahannya sejak pekan lalu hanya karena sentimen negatif ekonomi global.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono di Jakarta Minggu mengatakan, nilai tukar rupiah akan segera kembali menguat setelah tekanan mereda dengan berbagai kebijakan yang dilakukan BI.

"BI akan tetap berkomitmen untuk berada di pasar bila diperlukan melalui berbagai cara termasuk intervensi langsung, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) baik secara bilateral operasi pasar terbuka (OPT) rupiah maupun lelang dengan menggunakan valuta asing," katanya.

Berbagai intervensi ke pasar keuangan yang dilakukan BI itu, lanjut Hartadi telah meningkatkan kembali kepercayaan investor sehingga tekanan terhadap nilai tukar berkurang dan akan kembali ke trend penguatannya dalam waktu dekat ini.

Dijelaskannya, gejolak di pasar keuangan pada pekan lalu dipicu oleh kekhawatiran oleh memburuknya penanganan krisis di Eropa yang memberikan tekanan pada keluarnya investor asing yang berjangka pendek untuk profit taking.

Sementara itu strategic investor memilih tetap bertahan karena prospek RI ke depan yang baik. "Bahkan kami menandai masuknya beberapa strategic investor baru ke pasar keuangan Indonesia," kata Hartadi.

Ditambahlannya, cadangan devisa pada pekan lalu mengalami penurunan akibat operasi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, maupun pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Cadangan devisa menurun lebih dari 2 miliar dolar AS dari 124,6 miliar dolar AS menjadi sekitar 122 miliar dolar AS.

Keluarnya investor asing jangka pendek pada pekan lalu telah membuat indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia sempat anjlok ke posisi 3.750 poin meski pada Jumat (16/9) kembali menguat ke 3.835 poin.

Sementara nilai tukar rupiah yang sebelumnya stabil pada kisaran 8.500 per dolar AS melemah ke posisi 8.750 per dolar AS pada Jumat (16/9).

(D012/M027)