Jakarta (ANTARA) - Wakil Sekretaris Jendral IV Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Kusuma Ida Anjani berpendapat bahwa jamu sebagai warisan budaya tak benda yang dimiliki Indonesia dapat memberikan sumbangsih Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 yang diusung PBB, terutama tujuan yang terkait kesetaraan gender.

Menurutnya, jamu dari segi sosial-budaya telah memberikan tempat istimewa pada keberadaan perempuan Indonesia sebagai pewaris budaya, mulai dari perajin atau penjual jamu hingga pengusaha jamu.

"Itu menunjukkan bagaimana budaya sehat jamu memberikan ruang kreasi yang luas untuk banyak perempuan di Indonesia dan mendukung salah satu SDGs," kata perempuan yang akrab disapa Ajeng itu saat konferensi pers di Jakarta, Senin.

Baca juga: Dukung pengembangan industri herbal, GP Jamu hadir di Indobeauty Expo

Baca juga: Kiat konsumsi jamu untuk pertahankan imun di tengah pandemi


Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu bersama GP Jamu pada Senin telah menyerahkan dokumen nominasi Warisan Budaya Tak Benda/WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH-02) kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Nantinya, dokumen tersebut akan dikirim ke UNESCO melalui Kemendikbud.

Dalam proses penyusunan dokumen, tim peneliti melakukan wawancara terhadap 304 responden, dengan 251 orang di antaranya perempuan dan selebihnya laki-laki. Dengan kata lain, sekitar lebih dari 80 persen responden perajin dan penjual jamu merupakan perempuan.

Responden tersebut berasal dari empat Provinsi di Indonesia, antara lain Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.

Ajeng juga menyebutkan bahwa banyak dari para perempuan tersebut yang menjadi tulang punggung keluarga. Selain itu, ia menilai bahwa jamu juga memiliki filosofi yang agung jika ditilik dari bagaimana cara para mbok menjajakan jamu dengan cara digendong.

"Ibaratnya jamu itu adalah rahmat dari ibu bumi. Jamu digendong bukan sekadar cara untuk membawa sesuatu, tetapi ini layaknya sebagai seorang ibu yang menggendong bayinya. Kalau kita lihat sebagai maknanya, ibaratnya barang dagangan jamu ini sangat berharga dan juga disayangi," kata Ajeng.

Sebagai perempuan muda Indonesia, ia mengaku bangga ketika jamu telah resmi menjadi nominasi sebagai warisan budaya tak benda yang akan diajukan ke UNESCO. Ia juga mengapresiasi kerja keras yang dilakukan oleh tim peneliti yang bekerja sejak tahun lalu.

Selain sejalan dengan SDGs nomor lima, Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu juga menyebutkan bahwa jamu merepresentasikan tujuan nomor tiga terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan hidup, tujuan nomor 12 terkait konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta tujuan nomor lima belas terkait penggunaan ekosistem darat.

Baca juga: Situasi pandemi momentum tepat ajukan jamu sebagai WBTB UNESCO

Baca juga: Tim kerja serahkan dokumen nominasi jamu UNESCO

Baca juga: Kiat memulai kebiasaan minum jamu