Tim kerja serahkan dokumen nominasi jamu UNESCO
14 Maret 2022 19:14 WIB
(Dari kanan ke kiri) Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH-02 Gaura Mancacaritadipura, Wakil Sekretaris Jendral 4 GP Jamu Kusuma Ida Anjani, Ketua Umum GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi Zarman, Peneliti Erwin J Skripsiadi, dan Dara Bunga Rembulan saat konferensi pers di Graha Mustika Ratu Jakarta, Senin, 14 Maret 2022. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Jakarta (ANTARA) - Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu bersama Gabungan Pengusaha (GP) Jamu pada Senin resmi menyerahkan dokumen nominasi Warisan Budaya Tak Benda/WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH-02) kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dokumen tersebut merupakan persyaratan yang ditetapkan oleh UNESCO bagi negara yang akan mengajukan nominasi WBTB, mencakup hasil riset, foto, dan video dokumenter. Dokumen akan dikirim ke UNESCO paling lambat 31 Maret oleh Kemendikbud.
Sebelumnya pada Februari, Kemendikbud telah mengumumkan enam WBTB yang akan diajukan ke UNESCO, salah satunya termasuk jamu.
Ketua GP Jamu Pusat Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan pengajuan jamu sebagai WBTB UNESCO mendapat dukungan dari semua komunitas jamu di Indonesia.
"Kami GP Jamu, terdiri dari industri jamu baik besar maupun kecil. Bukan kami yang akan muncul di UNESCO nanti. Justru yang dimunculkan adalah para mbok jamu, bahkan sampai yang usianya paling tua," katanya saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Melalui pengajuan tersebut, Ranny berharap langkah ini dapat membuat perajin dan pembuat jamu di Indonesia lebih semangat dalam melestarikan budaya sehat tersebut.
Peneliti Erwin J Skripsiadi yang mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu mengatakan upaya nominasi jamu sebagai WBTB UNESCO sudah didorong sejak 2013 yang dipelopori oleh para maestro jamu seperti Mooryati Soedibyo dan Jaya Suprana.
Menurut tim kerja, dokumen nominasi ICH-02 telah disusun sejak Juni 2021. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, Erwin mengatakan pihaknya melakukan riset budaya salah satunya melalui pembacaan terhadap artefak yang menunjukkan budaya meracik jamu, seperti pada relief Candi Borobudur, prasasti Madhawapura, prasasti Bendosari, dan sebagainya.
Tidak hanya dari artefak, tim kerja juga meneliti berbagai serat, termasuk Jampi Jawi yang berisi ribuan resep-resep tentang aneka jenis jamu dan serat Centhini yang memuat "ensiklopedia" jamu.
"Itu adalah kekayaan yang menurut saya bisa menjadi bukti bahwa jamu ini benar-benar punya akar yang sangat kuat di budaya Indonesia," kata Erwin.
Selain itu, tim juga berkeliling ke empat Provinsi di Indonesia antara lain Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta mewawancarai ratusan pelaku dari komunitas jamu.
Menurut tim kerja, saat ini menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menominasikan jamu ke UNESCO, apalagi mengingat dunia masih dilanda pandemi.
"Jamu adalah warisan budaya dalam bentuk obat sudah dimiliki bangsa Indonesia sejak lebih dari 1200 tahun lalu dan sampai sekarang masih dipakai. Kami semua sepakat bahwa daripada perang saat ini, dunia lebih membutuhkan obat. Jamu bisa menjadi sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia," kata Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH 02 Gaura Mancacaritadipura.
Baca juga: Kiat memulai kebiasaan minum jamu
Baca juga: BPOM berikan pendampingan pelaku usaha jamu gendong
Baca juga: BPOM: Optimalkan penemuan dan pengembangan obat bahan alam Indonesia
Dokumen tersebut merupakan persyaratan yang ditetapkan oleh UNESCO bagi negara yang akan mengajukan nominasi WBTB, mencakup hasil riset, foto, dan video dokumenter. Dokumen akan dikirim ke UNESCO paling lambat 31 Maret oleh Kemendikbud.
Sebelumnya pada Februari, Kemendikbud telah mengumumkan enam WBTB yang akan diajukan ke UNESCO, salah satunya termasuk jamu.
Ketua GP Jamu Pusat Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan pengajuan jamu sebagai WBTB UNESCO mendapat dukungan dari semua komunitas jamu di Indonesia.
"Kami GP Jamu, terdiri dari industri jamu baik besar maupun kecil. Bukan kami yang akan muncul di UNESCO nanti. Justru yang dimunculkan adalah para mbok jamu, bahkan sampai yang usianya paling tua," katanya saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Melalui pengajuan tersebut, Ranny berharap langkah ini dapat membuat perajin dan pembuat jamu di Indonesia lebih semangat dalam melestarikan budaya sehat tersebut.
Peneliti Erwin J Skripsiadi yang mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu mengatakan upaya nominasi jamu sebagai WBTB UNESCO sudah didorong sejak 2013 yang dipelopori oleh para maestro jamu seperti Mooryati Soedibyo dan Jaya Suprana.
Menurut tim kerja, dokumen nominasi ICH-02 telah disusun sejak Juni 2021. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, Erwin mengatakan pihaknya melakukan riset budaya salah satunya melalui pembacaan terhadap artefak yang menunjukkan budaya meracik jamu, seperti pada relief Candi Borobudur, prasasti Madhawapura, prasasti Bendosari, dan sebagainya.
Tidak hanya dari artefak, tim kerja juga meneliti berbagai serat, termasuk Jampi Jawi yang berisi ribuan resep-resep tentang aneka jenis jamu dan serat Centhini yang memuat "ensiklopedia" jamu.
"Itu adalah kekayaan yang menurut saya bisa menjadi bukti bahwa jamu ini benar-benar punya akar yang sangat kuat di budaya Indonesia," kata Erwin.
Selain itu, tim juga berkeliling ke empat Provinsi di Indonesia antara lain Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta mewawancarai ratusan pelaku dari komunitas jamu.
Menurut tim kerja, saat ini menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menominasikan jamu ke UNESCO, apalagi mengingat dunia masih dilanda pandemi.
"Jamu adalah warisan budaya dalam bentuk obat sudah dimiliki bangsa Indonesia sejak lebih dari 1200 tahun lalu dan sampai sekarang masih dipakai. Kami semua sepakat bahwa daripada perang saat ini, dunia lebih membutuhkan obat. Jamu bisa menjadi sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia," kata Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH 02 Gaura Mancacaritadipura.
Baca juga: Kiat memulai kebiasaan minum jamu
Baca juga: BPOM berikan pendampingan pelaku usaha jamu gendong
Baca juga: BPOM: Optimalkan penemuan dan pengembangan obat bahan alam Indonesia
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022
Tags: