ITS bawa mobil berbahan pemutih ke Jerman
16 September 2011 19:14 WIB
Anggota Tim Spectronics-3 dari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri ITS dan Mobil Spectronics-3 ciptaan mereka. Mobil itu berbahan bakar H2O2 (Hidrogen Peroksida) atau zat pemutih. ((ANTARA/Eric Ireng))
Surabaya (ANTARA News) - Tim mahasiswa ITS Surabaya membawa mobil berbahan bakar pemutih pakaian (hidrogen peroksida atau H2O2) bertajuk "Spektronics-3" untuk mengikuti ajang "Chemical Engineering Car Competition" (Chem-E Car) 2011 di Jerman, 26-28 September.
"Soal kalah-menang itu tidak menjadi masalah, karena menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia itu sudah merupakan kemenangan," kata Rektor ITS Surabaya Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA saat melepas tim itu di Gedung Robotika ITS Surabaya, Jumat.
"Kalau pada ajang Chem-E Car di Malaysia itu, tim ITS menggunakan lemon sebagai bahan bakar, maka sekarang memakai pemutih pakaian, karena peserta lain sudah banyak yang menggunakan lemon," kata Pembantu Rektor I ITS Prof Dr Ing Herman Sasongko.
Mobil berbahan bakar zat pemutih yang dirancang lima mahasiswa Jurusan Teknik Kimia FTI ITS itu akan bersaing dengan 11 mobil dari negara lain dalam final "Chem-E Car 2011" itu, diantaranya Iran, Jerman, dan negara lain yang mayoritas dari Eropa.
"Secara teknis, H2O2 atau pemutih pakaian akan berusaha dipisahkan menjadi air dan gas oksigen. Gas itu nanti yang akan menekan piston sehingga mobil bisa berjalan. Itu mirip balon yang terdorong akibat gas yang dibuang secara bertahap," kata Dosen Pembimbing Tim Spectronics-3, Hamzah Fansuri PhD.
Ia optimistis akan mengantongi prestasi membanggakan dalam kompetisi di Jerman itu, sebab pada kompetisi sebelumnya yakni mobil Spektronics-1 meraih "Best Car Design" dan juara ketiga untuk "Poster Competition" di Taiwan, sedangkan mobil Spektronics-2 meraih juara kedua untuk "Poster and Presentation Competition" di Malaysia.
"Karena prestasi di tingkat Asia-Pasifik itu, maka kami memang menjadikan kompetisi di Eropa sebagai target. Paling tidak, kami bisa masuk `5 besar`," kata Kepala Laboratorium Studi Energi ITS Surabaya itu.
Dalam kompetisi tahunan Masyarakat Teknik Kimia Internasional itu ada beberapa poin yang dinilai yakni jarak yang ditempuh mobil dan beban yang dibawa mobil. Jarak yang harus ditempuh dan beban yang harus dibawa akan diberitahukan satu jam sebelum perlombaan dimulai.
"Juaranya adalah peserta yang memiliki akurasi jarak terdekat berakhir dalam lintasan lomba yang berbentuk kerucut dengan diameter 25 meter dan sudut 15 derajat. Kalau keluar sedikit dari lintasan akan kena diskualifikasi," katanya.
Selain itu, kompetisi juga menilai desain mobil dan presentasi tentang bentuk mobil yang dirancang. Ukuran mobil tidak boleh lebih dari 40x30 cm atau tidak boleh lebih dari ukuran sepatu, bahkan beratnya juga tidak boleh melebihi 10 kilogram.
Ia menambahkan persyaratan yang sangat ketat dalam kompetisi itu meliputi bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan dan tidak memiliki gas/cairan emisi terlihat, mekanisme berhenti harus dikendalikan kimia tanpa kontrol dari jauh, dan tidak ada baterai komersial sebagai kekuatan mobil.
Ketua Tim Spektronics-3 Hardiantoro Dwiputra Wijaya dibantu empat rekannya dan dua dosen pembimbing serta sejumlah tim di kampus ITS selalu memantau perkembangan kompetisi di Jerman itu. Empat rekannya adalah M Fauzi, M Aferous, Arditya Wicaktama, dan Otta Richard Benapinem, sedangkan tim di kampus ITS akan dikoordinasikan oleh M Irfan.
(E011)
"Soal kalah-menang itu tidak menjadi masalah, karena menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia itu sudah merupakan kemenangan," kata Rektor ITS Surabaya Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA saat melepas tim itu di Gedung Robotika ITS Surabaya, Jumat.
"Kalau pada ajang Chem-E Car di Malaysia itu, tim ITS menggunakan lemon sebagai bahan bakar, maka sekarang memakai pemutih pakaian, karena peserta lain sudah banyak yang menggunakan lemon," kata Pembantu Rektor I ITS Prof Dr Ing Herman Sasongko.
Mobil berbahan bakar zat pemutih yang dirancang lima mahasiswa Jurusan Teknik Kimia FTI ITS itu akan bersaing dengan 11 mobil dari negara lain dalam final "Chem-E Car 2011" itu, diantaranya Iran, Jerman, dan negara lain yang mayoritas dari Eropa.
"Secara teknis, H2O2 atau pemutih pakaian akan berusaha dipisahkan menjadi air dan gas oksigen. Gas itu nanti yang akan menekan piston sehingga mobil bisa berjalan. Itu mirip balon yang terdorong akibat gas yang dibuang secara bertahap," kata Dosen Pembimbing Tim Spectronics-3, Hamzah Fansuri PhD.
Ia optimistis akan mengantongi prestasi membanggakan dalam kompetisi di Jerman itu, sebab pada kompetisi sebelumnya yakni mobil Spektronics-1 meraih "Best Car Design" dan juara ketiga untuk "Poster Competition" di Taiwan, sedangkan mobil Spektronics-2 meraih juara kedua untuk "Poster and Presentation Competition" di Malaysia.
"Karena prestasi di tingkat Asia-Pasifik itu, maka kami memang menjadikan kompetisi di Eropa sebagai target. Paling tidak, kami bisa masuk `5 besar`," kata Kepala Laboratorium Studi Energi ITS Surabaya itu.
Dalam kompetisi tahunan Masyarakat Teknik Kimia Internasional itu ada beberapa poin yang dinilai yakni jarak yang ditempuh mobil dan beban yang dibawa mobil. Jarak yang harus ditempuh dan beban yang harus dibawa akan diberitahukan satu jam sebelum perlombaan dimulai.
"Juaranya adalah peserta yang memiliki akurasi jarak terdekat berakhir dalam lintasan lomba yang berbentuk kerucut dengan diameter 25 meter dan sudut 15 derajat. Kalau keluar sedikit dari lintasan akan kena diskualifikasi," katanya.
Selain itu, kompetisi juga menilai desain mobil dan presentasi tentang bentuk mobil yang dirancang. Ukuran mobil tidak boleh lebih dari 40x30 cm atau tidak boleh lebih dari ukuran sepatu, bahkan beratnya juga tidak boleh melebihi 10 kilogram.
Ia menambahkan persyaratan yang sangat ketat dalam kompetisi itu meliputi bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan dan tidak memiliki gas/cairan emisi terlihat, mekanisme berhenti harus dikendalikan kimia tanpa kontrol dari jauh, dan tidak ada baterai komersial sebagai kekuatan mobil.
Ketua Tim Spektronics-3 Hardiantoro Dwiputra Wijaya dibantu empat rekannya dan dua dosen pembimbing serta sejumlah tim di kampus ITS selalu memantau perkembangan kompetisi di Jerman itu. Empat rekannya adalah M Fauzi, M Aferous, Arditya Wicaktama, dan Otta Richard Benapinem, sedangkan tim di kampus ITS akan dikoordinasikan oleh M Irfan.
(E011)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: