Jakarta (ANTARA News) - Potensi pasar saham dalam negeri masih positif meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibayangi krisis yang terjadi di Eropa akibat risiko gagal bayar utang Yunani.
"Pasar modal masih mempunyai potensi yang positif tahun ini meski sentimen negatif dari global masih membayangi," kata Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Eddy Sugito, di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan, penurunan indeks BEI lebih kerena adanya kekhawatiran atas ancaman krisis di Eropa, sehingga investor melakukan penyeimbangkan diri.
Penarikan portofolio yang dilakukan investor asing, kata dia, merupakan bentuk keseimbangan yang berlaku antar bursa yang saling ketergantungan.
"Ada keseimbangan yang harus terjadi. Terlebih Eropa masih menyisakan kebingungan terhadap Yunani," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Utama BEI, Ito Warsito, yang menambahkan bahwa ekonomi global yang bergejolak dipicu dari krisis utang Eropa tidak berdampak negatif pada fundamental ekonomi Indonesia, khususnya di pasar modal dalam negeri.
"Pasar modal kita masih kondusif meski ada sentimen negatif dari AS dan Eropa. Kita masih positif sejak awal tahun," katanya.
Ia menyatakan, kondisi itu terbukti dengan masih banyaknya perusahaan yang mengajukan rencana untuk melepas sahamnya melalui mekanisme penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
"Ada beberapa perusahaan baru datang ke bursa menyatakan minatnya untuk melakukan penawaran umum perdana saham IPO," katanya.
Ia mengemukakan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) belum lama ini juga telah memberikan izin pernyataan praefektif kepada PT Solusi Tunas Pratama untuk melakukan IPO.
Gejolak indeks BEI juga tidak terlalu signifikan, kondisi itu dilihat dari pelaku pasar asing yang melakukan penjualan bersih (net sell) masih kecil nilainya, ujarnya menambahkan.
(T.KR-ZMF/A026)
Walau dibayangi krisis Eropa, pasar saham masih positif
15 September 2011 19:32 WIB
(ANTARA/Ismar Patrizki)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: