33 PMI di Singapura raih gelar sarjana
13 Maret 2022 15:19 WIB
Tangkapan layar acara wisuda UT Kelompok Belajar Singapura yang digelar secara daring. Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo turut hadir dan memeberikan sambutan. (ANTARA/ HO-KBRI Singapura)
Batam (ANTARA) - Sebanyak 33 orang pekerja migran Indonesia (PMI) meraih gelar sarjana (S1) berbagai program studi dari Universitas Terbuka Kelompok Belajar Singapura.
Upacara penyerahan ijazah bagi 33 orang wisudawan digelar secara daring karena masih dalam suasana pandemi COVID-19. Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo turut hadir dalam acara itu.
Dalam keterangan KBRI Singapura diterima di Batam, Minggu, Dubes menyampaikan rasa bangga dan apresiasi kepada 33 PMI wisudawan.
"Bangsa Indonesia mempunyai kemampuan untuk bisa cepat meningkatkan kualitas manusia. Sebanyak 33 PMI yang diwisuda hari ini bisa menjadi sarjana dengan biaya sendiri dan ketekunan untuk menuntut ilmu," kata Tommy.
Baca juga: Satgassus: 126 pekerja migran dari Malaysia-Singapura negatif COVID-19
Sebanyak 33 orang wisudawan lulus dari berbagai program studi Universitas Terbuka, yaitu delapan orang pada program studi Sastra Inggris bidang minat Penerjemahan, delapan orang pada Manajemen, sembilan orang pada Akuntansi, tiga orang pada Ilmu Pemerintahan, dua orang pada Ilmu Administrasi Negara dan tiga orang pada Ilmu Komunikasi.
Dubes menyatakan Universitas Terbuka merupakan pengejawantahan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan akses pendidikan tanpa memandang usia, jenis kelamin, status sosial, suku, agama maupun ras.
Dubes juga mengimbau setiap warga negara Indonesia yang berada di Singapura dan ingin melanjutkan pendidikan untuk bergabung dengan Universitas Terbuka Pokjar Singapura.
Baca juga: 131 pekerja migran Indonesia di Singapura jalani wisuda
Dalam kesempatan itu, Dubes menegaskan Indonesia Emas di tahun 2045 hanya bisa tercapai kalau kita bisa meningkatkan rata-rata pendidikan masyarakat dan memiliki pekerja migran yang mempunyai kapasitas dan menjadi white collar.
Indonesia memerlukan jumlah kelas menengah terdidik yang mencukupi kalau mau menjadi negara industri dan menjadi negara nomor empat terbesar di dunia.
Saat ini, yang perlu terus dilakukan adalah menyiapkan kebijakan pro-peningkatan kualitas manusia dan dijalankan.
Baca juga: Diaspora Indonesia di Singapura berikan ambulans untuk PMI Jakarta
"PMI benar-benar dipersiapkan dan dibekali kemampuan agar bisa menjadi tenaga terampil ketika bekerja di luar negeri," tegas Dubes.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerjasama UT Rahmat Budiman menyampaikan, pada 2045 usia Republik Indonesia genap 100 tahun.
Saat itu, Indonesia mendapatkan berkah, usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif, yang disebut dengan Generasi Emas.
Baca juga: KBRI Singapura gandeng Unnes tingkatkan layanan pendidikan PMI
"Era kemajuan dan keterbukaan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat berkembang sebagai konsekuensi dari globalisasi yang menuntut setiap orang untuk lebih meningkatkan kemampuan diri melalui belajar tanpa mengenal batas usia," kata dia.
Perwakilan wisudawan Lofi Loliyanti menyampaikan, belajar di UT Pokjar Singapura merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menjadi bekal yang penting dalam meraih cita-cita.
Saat ini terdapat 196 mahasiswa UT di Singapura yang tengah menuntut ilmu di berbagai program studi yang sebagian besar adalah pekerja migran Indonesia.
Baca juga: UT raih tiga rekor MURI terkait penerimaan mahasiswa terbanyak
Baca juga: UT targetkan satu juta mahasiswa melalui status PTNBH
Upacara penyerahan ijazah bagi 33 orang wisudawan digelar secara daring karena masih dalam suasana pandemi COVID-19. Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo turut hadir dalam acara itu.
Dalam keterangan KBRI Singapura diterima di Batam, Minggu, Dubes menyampaikan rasa bangga dan apresiasi kepada 33 PMI wisudawan.
"Bangsa Indonesia mempunyai kemampuan untuk bisa cepat meningkatkan kualitas manusia. Sebanyak 33 PMI yang diwisuda hari ini bisa menjadi sarjana dengan biaya sendiri dan ketekunan untuk menuntut ilmu," kata Tommy.
Baca juga: Satgassus: 126 pekerja migran dari Malaysia-Singapura negatif COVID-19
Sebanyak 33 orang wisudawan lulus dari berbagai program studi Universitas Terbuka, yaitu delapan orang pada program studi Sastra Inggris bidang minat Penerjemahan, delapan orang pada Manajemen, sembilan orang pada Akuntansi, tiga orang pada Ilmu Pemerintahan, dua orang pada Ilmu Administrasi Negara dan tiga orang pada Ilmu Komunikasi.
Dubes menyatakan Universitas Terbuka merupakan pengejawantahan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan akses pendidikan tanpa memandang usia, jenis kelamin, status sosial, suku, agama maupun ras.
Dubes juga mengimbau setiap warga negara Indonesia yang berada di Singapura dan ingin melanjutkan pendidikan untuk bergabung dengan Universitas Terbuka Pokjar Singapura.
Baca juga: 131 pekerja migran Indonesia di Singapura jalani wisuda
Dalam kesempatan itu, Dubes menegaskan Indonesia Emas di tahun 2045 hanya bisa tercapai kalau kita bisa meningkatkan rata-rata pendidikan masyarakat dan memiliki pekerja migran yang mempunyai kapasitas dan menjadi white collar.
Indonesia memerlukan jumlah kelas menengah terdidik yang mencukupi kalau mau menjadi negara industri dan menjadi negara nomor empat terbesar di dunia.
Saat ini, yang perlu terus dilakukan adalah menyiapkan kebijakan pro-peningkatan kualitas manusia dan dijalankan.
Baca juga: Diaspora Indonesia di Singapura berikan ambulans untuk PMI Jakarta
"PMI benar-benar dipersiapkan dan dibekali kemampuan agar bisa menjadi tenaga terampil ketika bekerja di luar negeri," tegas Dubes.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerjasama UT Rahmat Budiman menyampaikan, pada 2045 usia Republik Indonesia genap 100 tahun.
Saat itu, Indonesia mendapatkan berkah, usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif, yang disebut dengan Generasi Emas.
Baca juga: KBRI Singapura gandeng Unnes tingkatkan layanan pendidikan PMI
"Era kemajuan dan keterbukaan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat berkembang sebagai konsekuensi dari globalisasi yang menuntut setiap orang untuk lebih meningkatkan kemampuan diri melalui belajar tanpa mengenal batas usia," kata dia.
Perwakilan wisudawan Lofi Loliyanti menyampaikan, belajar di UT Pokjar Singapura merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menjadi bekal yang penting dalam meraih cita-cita.
Saat ini terdapat 196 mahasiswa UT di Singapura yang tengah menuntut ilmu di berbagai program studi yang sebagian besar adalah pekerja migran Indonesia.
Baca juga: UT raih tiga rekor MURI terkait penerimaan mahasiswa terbanyak
Baca juga: UT targetkan satu juta mahasiswa melalui status PTNBH
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: