"Kami sejak 2019 sampai kini belum ada kepastian untuk direlokasi," kata Marhudi (45) warga Kampung Jampang Cikuning Rt 01/09 Kabupaten Lebak, Jumat.
Kondisi rumah miliknya sudah rusak berat hingga mengalami retak-retak juga kayu penyangga tembok dinding terputus akibat tanah bergerak.
Saat ini, dirinya di siang hari bersama keluarga masih menempati kondisi rumah yang nyaris roboh.
Namun, pada malam hari terpaksa menginap di tenda pengungsian yang didirikan relawan Taruna Siaga Bencana ( Tagana).
Apalagi, curah hujan cenderung meningkat, sehingga puluhan jiwa tinggal di tenda pengungsian.
Menurut dia, warga mendambakan direlokasi secepatnya, sebab sudah dua tahun tinggal di rumah miliknya dengan kondisi tidak nyaman dengan dibayangi roboh.
Hingga kini 42 rumah dan 51 KK belum direlokasi, sebab 73 KK lainnya sudah pindah ke tempat yang lebih aman.
Namun, relokasi tahap kedua belum jelas hingga kini warga merasa ketakutan dan tinggal di tenda pengungsian.
Begitu juga warga lainnya, Sayanah (45) mengaku dirinya kini tinggal di tenda pengungsian karena kondisi rumahnya terancam roboh akibat tanah bergerak.
Kerusakan rumahnya itu tahun 2021 hingga kini bagian dapur sudah roboh, namun bagian tengah terlihat dinding retak hingga terputus dengan bagian atap.
"Kami tetap tinggal di rumah itu hanya siang saja bersama keluarga dan malam hari ke tenda pengungsian, " katanya menjelaskan.
Bencana tanah bergerak di sini sudah terjadi sejak 2019,namun hingga kini tahap kedua belum direlokasi ke tempat yang aman.
"Kami jika berlangsung kehidupan seperti ini, tentu tidak nyaman, " katanya menjelaskan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama mengatakan bencana tanah bergerak di Kecamatan Cimarga sudah diajukan kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan dana stimulan untuk direlokasi ke tempat yang lebih aman dan nyaman.