Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan ekonomi nasional tetap tumbuh, meski negara sedang berhadapan dengan program transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pihaknya akan memastikan proses-proses menuju ke masa transisi energi tidak memberikan dampak sosial ekonomi.

"Kami memastikan penyediaan energi masyarakat tetap terjamin, masyarakat tetap bisa membeli listrik, membeli bahan bakar sesuai dengan kemampuannya, dan di saat yang sama kita bisa memastikan terjadi upaya penurunan gas rumah kaca khususnya di sektor energi," kata Dadan dalam dialog daring transisi energi mewujudkan ekonomi hijau IDX Channel yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Selama masa transisi energi, Indonesia akan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara bertahap dan dipercepat dalam prosesnya melibatkan berbagai macam stakeholder.

Dadan menyampaikan pemerintah tidak ingin melihat upaya percepatan transisi yang secara tiba-tiba dengan memanfaatkan energi terbarukan memunculkan masalah dari sisi penyediaan listrik, seperti kasus yang sempat terjadi di beberapa negara Eropa akhir-akhir ini.

Pemerintah Indonesia lantas membawa isu transisi energi agar masuk ke dalam presidensi G20 karena forum itu mempunyai suara yang sangat baik dan sangat besar dalam pengelolaan energi di level dunia.

Baca juga: Indonesia optimistis capai bauran EBT 23 persen pada 2025

Lebih lanjut ia berharap suara tentang transisi energi yang bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca bisa didengar oleh seluruh peserta presidensi G20 Indonesia.

"Suara ini nanti semoga bisa didengar oleh semuanya dan kebetulan kita tuan rumah untuk hal tersebut, sehingga Presiden Joko Widodo mengusulkan inisiasi untuk transisi energi yang kini masuk menjadi salah satu satu yang akan dibicarakan secara khusus di Energy Sustainability Working Group (ETWG) G20," ucap Dadan.

Dalam peta jalan transisi energi di Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mencapai 23 persen energi baru dan terbarukan pada bauran energi pada tahun 2025. Di akhir tahun 2021, bauran energi dari energi baru terbarukan telah mencapai sekitar 11,7 persen.

Setelah tahun 2030, tambahan pembangkit listrik hanya dari pembangkit energi baru terbarukan. Mulai 2035, pembangkit listrik akan didominasi oleh energi terbarukan variabel dalam bentuk tenaga surya, diikuti tenaga angin dan arus laut pada tahun berikutnya.

Hidrogen juga akan dimanfaatkan secara gradual mulai 2031 dan secara masif pada 2051. Kemudian tenaga nuklir akan masuk dalam sistem pembangkitan mulai tahun 2049.

Dalam upaya mencapai target bauran energi baru terbarukan, Kementerian ESDM telah mengesahkan regulasi terkait PLTS atap. Pemerintah menargetkan ada tambahan 3,6 gigawatt PLTS atap yang terpasang pada 2025.

Baca juga: Kementerian ESDM terbitkan regulasi PLTS atap, dukung bauran energi