Presiden sebut inflasi pangan RI terjaga di tengah perang Ukraina
11 Maret 2022 12:57 WIB
Presiden Joko Widodo menghadiri Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) yang digelar di UNS Tower Ki Hadjar Dewantara, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat, (11/3/2022). ANTARA/HO-BPMI Setpres-Laily Rachev/pri.
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menyebutkan inflasi pangan di Indonesia masih terjaga di level 3,4 persen meskipun Negara terimbas perang Ukraina-Rusia yang menyebabkan harga pangan, khususnya gandum yang meningkat.
Presiden menyampaikan beberapa negara sudah mengalami kelangkaan pangan sehingga menyebabkan harga pangan di tingkat konsumen meningkat.
"Kalau dilihat dari angka-angkanya, di Rusia naik 12,3 persen, Amerika naik 6,9 persen, Turki 55 persen. Alhamdulillah kita masih di angka 3," kata Presiden saat memberikan pengarahan pada Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dipantau dari Jakarta secara virtual, Jumat.
Presiden menjelaskan selain pangan, dunia juga mengalami kelangkaan energi. Pada 2020, harga minyak masih berkisar 60 dolar per barel.
Namun dengan gempuran pandemi COVID-19 serta perang Ukraina-Rusia, harga minyak mentah pada Maret 2022 meningkat dua kali lipat menjadi 115 dolar AS per barel, bahkan pada pekan lalu sempat menyentuh 130 dolar AS per barel.
Dalam kondisi yang sama seperti negara lain, Presiden menyebutkan bahwa RI masih menahan harga jual energi dan pangan ke masyarakat.
"Semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik. Kita di sini masih nahan-nahan. Bu Menteri (Keuangan) saya tanya, gimana Bu, tahannya sampai berapa hari ini," kata Presiden.
Kepala Negara menambahkan bahwa Indonesia beruntung masih bisa mengendalikan inflasi, dibandingkan negara lain yang bahkan sudah mencapai dua digit.
Pada Januari 2022, kenaikan inflasi Rusia tercatat sebesar 8,7 persen; India 6 persen, Amerika Serikat 7,5 persen, Uni Eropa 5,1 persen dan Turki 48,7 persen. Sementara itu, kenaikan inflasi di Indonesia pada periode yang sama hanya 2,2 persen.
Oleh karena itu, Presiden menekankan perlunyastabilitas pangandan energi melalui transformasi ekonomi.
Transformasi ekonomi yang dimaksud adalah hilirisasi industri dengan optimalisasi produksi terhadap barang setengah jadi dan barang jadi, alih-alih pada bahan mentah baik pada komoditas tambang maupun komoditas pertanian dan perkebunan.
Baca juga: Wapres cek ketersediaan beras jelang puasa di Pasar Cipinang
Baca juga: Presiden Jokowi minta program studi relevan dengan perubahan zaman
Baca juga: Presiden Jokowi: Jakarta tidak akan kita tinggalkan
Presiden menyampaikan beberapa negara sudah mengalami kelangkaan pangan sehingga menyebabkan harga pangan di tingkat konsumen meningkat.
"Kalau dilihat dari angka-angkanya, di Rusia naik 12,3 persen, Amerika naik 6,9 persen, Turki 55 persen. Alhamdulillah kita masih di angka 3," kata Presiden saat memberikan pengarahan pada Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dipantau dari Jakarta secara virtual, Jumat.
Presiden menjelaskan selain pangan, dunia juga mengalami kelangkaan energi. Pada 2020, harga minyak masih berkisar 60 dolar per barel.
Namun dengan gempuran pandemi COVID-19 serta perang Ukraina-Rusia, harga minyak mentah pada Maret 2022 meningkat dua kali lipat menjadi 115 dolar AS per barel, bahkan pada pekan lalu sempat menyentuh 130 dolar AS per barel.
Dalam kondisi yang sama seperti negara lain, Presiden menyebutkan bahwa RI masih menahan harga jual energi dan pangan ke masyarakat.
"Semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik. Kita di sini masih nahan-nahan. Bu Menteri (Keuangan) saya tanya, gimana Bu, tahannya sampai berapa hari ini," kata Presiden.
Kepala Negara menambahkan bahwa Indonesia beruntung masih bisa mengendalikan inflasi, dibandingkan negara lain yang bahkan sudah mencapai dua digit.
Pada Januari 2022, kenaikan inflasi Rusia tercatat sebesar 8,7 persen; India 6 persen, Amerika Serikat 7,5 persen, Uni Eropa 5,1 persen dan Turki 48,7 persen. Sementara itu, kenaikan inflasi di Indonesia pada periode yang sama hanya 2,2 persen.
Oleh karena itu, Presiden menekankan perlunyastabilitas pangandan energi melalui transformasi ekonomi.
Transformasi ekonomi yang dimaksud adalah hilirisasi industri dengan optimalisasi produksi terhadap barang setengah jadi dan barang jadi, alih-alih pada bahan mentah baik pada komoditas tambang maupun komoditas pertanian dan perkebunan.
Baca juga: Wapres cek ketersediaan beras jelang puasa di Pasar Cipinang
Baca juga: Presiden Jokowi minta program studi relevan dengan perubahan zaman
Baca juga: Presiden Jokowi: Jakarta tidak akan kita tinggalkan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2022
Tags: