Teknik kelautan ITB Raih akreditasi ABET setelah AS
13 September 2011 06:39 WIB
Institut Teknologi Bandung (ITB) menempati peringkat 32 jajaran universitas terbaik di dunia dalam "2011 World University Ranking" yang diselenggarakan oleh 4 International Colleges & University (4icu). (flickr.com/photos/ikhlasulamal)
Bandung (ANTARA News) - Program studi (prodi) Teknik Kelautan ITB merupakan "Ocean Engineering Program" pertama di luar Amerika Serikat yang memperoleh akreditasi dari badan akreditasi internasional, ABET, kata Ketua Prodi Teknik Kelautan ITB, Muslim Muin, di Bandung, Senin.
"Indonesia yang diwakili oleh ITB, merupakan yang pertama setelah Amerika yang mendapat pengakuan dari ABET," kata Muslim.
Menurut Muslim, hal ini sangat membanggakan mengingat negara Indonesia merupakan negara kelautan besar di dunia, sudah sepantasnya Indonesia mempunyai program studi di bidang teknik kelautan bertaraf internasional.
"Harapan kami, semoga prodi Teknik Kelautan ITB bisa menyediakan tenaga ahli kelautan yang handal untuk mengisi pembangunan bangsa ini," kata Muslim.
Muslim menuturkan, momen ini merupakan momen yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk kembali menjadi negara Maritim yang kuat.
"Mudah-mudahan bangsa Indonesia bisa kembali menjadi masyarakat maritim yang kuat, bukan lagi masyarakat agraris," lanjutnya.
Masyarakat maritim yang kuat, kata Muslim, bukan hanya karena sumber daya alamnya yang berlimpah, tapi juga didukung oleh generasi muda yang menguasai teknologi kelautan.
Dulu, lanjut Muslim, bangsa penjajah telah berhasil mengubah bangsa ini menjadi petani karena mereka menguasai teknologi kelautan. "Saat ini kondisinya sudah lain, generasi muda Indonesia tidak hanya harus sanggup mempertahankan keutuhan NKRI, tapi juga sanggup mengelola sumber daya laut yang melimpah ini dengan menguasai teknologi kelautan," tuturnya.
Bagi prodi Teknik Kelautan sendiri, usaha untuk memperoleh akreditasi ini sudah berlangsung sejak 2007 lalu. Namun, permohonan akreditasi ABET baru diajukan pada Januari 2010.
Muslim mengaku, anggaran seluruh kegiatan dalam persiapan akreditasi ini murni dari hasil kerjasama dengan pihak industri, tanpa ada studi banding yang dianggarkan dari APBN.
"Kami tidak ada studi banding yang menggunakan anggaran APBN. Hampir sebagian besar berbentuk kerjasama dengan industri terkait. Ya, meski demikian, kalau kita mau maju seharusnya dibutuhkan kerjasama antara akademisi, industri, dan pemerintah, agar hasilnya pun lebih optimal," kata Muslim.
Dengan akreditasi ABET yang kini telah berhasil diperoleh, baik lulusan prodi Teknik Kelautan maupun Teknik Elektro akan lebih mudah mencari pekerjaan dan meneruskan studinya untuk jenjang yang lebih tinggi. Akreditasi ini juga akan memudahkan para pencari tenaga kerja untuk memilih lulusan yang berkualitas.
Menurut Mervin T. Hutabarat, dosen Prodi Teknik Elektro, meski standar yang diperoleh adalah standar internasional, bukan berarti lulusannya diorientasikan untuk bekerja di luar negeri.
"Karena kondisi saat ini mengharuskan kita untuk berjuang dan berkompetisi dengan standar internasional, meski di dalam negeri sendiri. Karena yang kita hadapi saat ini adalah para pekerja-pekerja asing yang berdatangan ke sini," kata Mervin.
Baik Muslim maupun Mervin sependapat bahwa yang terpenting dari keberhasilan ini adalah bagaimana prodi-prodi tersebut memastikan untuk selalu melakukan perbaikan secara kesinambungan. (ANT/K004)
"Indonesia yang diwakili oleh ITB, merupakan yang pertama setelah Amerika yang mendapat pengakuan dari ABET," kata Muslim.
Menurut Muslim, hal ini sangat membanggakan mengingat negara Indonesia merupakan negara kelautan besar di dunia, sudah sepantasnya Indonesia mempunyai program studi di bidang teknik kelautan bertaraf internasional.
"Harapan kami, semoga prodi Teknik Kelautan ITB bisa menyediakan tenaga ahli kelautan yang handal untuk mengisi pembangunan bangsa ini," kata Muslim.
Muslim menuturkan, momen ini merupakan momen yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk kembali menjadi negara Maritim yang kuat.
"Mudah-mudahan bangsa Indonesia bisa kembali menjadi masyarakat maritim yang kuat, bukan lagi masyarakat agraris," lanjutnya.
Masyarakat maritim yang kuat, kata Muslim, bukan hanya karena sumber daya alamnya yang berlimpah, tapi juga didukung oleh generasi muda yang menguasai teknologi kelautan.
Dulu, lanjut Muslim, bangsa penjajah telah berhasil mengubah bangsa ini menjadi petani karena mereka menguasai teknologi kelautan. "Saat ini kondisinya sudah lain, generasi muda Indonesia tidak hanya harus sanggup mempertahankan keutuhan NKRI, tapi juga sanggup mengelola sumber daya laut yang melimpah ini dengan menguasai teknologi kelautan," tuturnya.
Bagi prodi Teknik Kelautan sendiri, usaha untuk memperoleh akreditasi ini sudah berlangsung sejak 2007 lalu. Namun, permohonan akreditasi ABET baru diajukan pada Januari 2010.
Muslim mengaku, anggaran seluruh kegiatan dalam persiapan akreditasi ini murni dari hasil kerjasama dengan pihak industri, tanpa ada studi banding yang dianggarkan dari APBN.
"Kami tidak ada studi banding yang menggunakan anggaran APBN. Hampir sebagian besar berbentuk kerjasama dengan industri terkait. Ya, meski demikian, kalau kita mau maju seharusnya dibutuhkan kerjasama antara akademisi, industri, dan pemerintah, agar hasilnya pun lebih optimal," kata Muslim.
Dengan akreditasi ABET yang kini telah berhasil diperoleh, baik lulusan prodi Teknik Kelautan maupun Teknik Elektro akan lebih mudah mencari pekerjaan dan meneruskan studinya untuk jenjang yang lebih tinggi. Akreditasi ini juga akan memudahkan para pencari tenaga kerja untuk memilih lulusan yang berkualitas.
Menurut Mervin T. Hutabarat, dosen Prodi Teknik Elektro, meski standar yang diperoleh adalah standar internasional, bukan berarti lulusannya diorientasikan untuk bekerja di luar negeri.
"Karena kondisi saat ini mengharuskan kita untuk berjuang dan berkompetisi dengan standar internasional, meski di dalam negeri sendiri. Karena yang kita hadapi saat ini adalah para pekerja-pekerja asing yang berdatangan ke sini," kata Mervin.
Baik Muslim maupun Mervin sependapat bahwa yang terpenting dari keberhasilan ini adalah bagaimana prodi-prodi tersebut memastikan untuk selalu melakukan perbaikan secara kesinambungan. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: