Menkeu: Tak ada negara di dunia bisa makmur dan kuat tanpa pajak
10 Maret 2022 19:06 WIB
Tangkapan layar - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berbicara dalam Sosialisasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan Jawa Tengah yang dipantau secara daring dari Jakarta, Kamis (10/3/2022). ANTARA/Agatha Olivia/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan tak ada negara di dunia ini yang bisa makmur dan kuat, serta bisa membangun negaranya tanpa kontribusi dari pajak.
Dengan demikian, reformasi perpajakan di Indonesia saat ini terus dilakukan melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang ditujukan untuk membangun sebuah pondasi perpajakan di dalam negeri yang lebih kuat.
"Sering orang mengatakan kalau merdeka berarti merdeka tidak bayar pajak, padahal tidak, karena negara yang paling merdeka dan adidaya, pajaknya juga besar," ujar Sri Mulyani dalam Sosialisasi UU HPP Jawa Tengah yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Dia menuturkan hal tersebut adalah sebuah konsekuensi bagi sebuah negara yang ingin terus membangun negaranya, dan Indonesia sebagai negara yang masih berada dalam golongan menengah jika dilihat dari pendapatan perkapita, memiliki banyak sekali kebutuhan pembangunan ke depan.
Baca juga: Sri Mulyani: Negara dengan keuangan tak sehat akan hadapi kompleksitas
Visi Indonesia untuk mencapai negara maju di 2045 digambarkan sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk yang mencapai 309 juta jiwa, karena tingkat kesuburannya masih di atas 1, dengan 52 persen usia penduduk produktif, 75 persen penduduk hidup di perkotaan, dan 80 persen penduduk berpenghasilan menengah.
Selain itu, pendapatan perkapita domestik pun bisa mencapai 30 ribu dolar AS, yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang sehat, sehingga Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi keempat terbesar di dunia.
Visi tersebut, sambung dia, tak akan terjadi dan bisa saja hanya menjadi mimpi jika tidak terus diupayakan dengan sistematis dan terorganisir.
"Tidak ada jalan pintas dan tidak ada jalan yang mudah, semua negara di dunia di dalam mencapai cita-cita besarnya pasti membutuhkan suatu perjuangan," tegasnya.
Oleh karena itu, Bendahara Negara ini menyebutkan sumber daya manusia domestik harus terus dibangun, birokrasi harus diperbaiki, serta regulasi harus semakin efisien, yang seluruhnya membutuhkan partisipasi seluruh pihak.
Baca juga: Sri Mulyani: Pelebaran defisit wajar asal yakin ekonomi pulih kembali
Baca juga: Menkeu sebut penerimaan pajak tumbuh 59,39 persen di Januari 2022
Dengan demikian, reformasi perpajakan di Indonesia saat ini terus dilakukan melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang ditujukan untuk membangun sebuah pondasi perpajakan di dalam negeri yang lebih kuat.
"Sering orang mengatakan kalau merdeka berarti merdeka tidak bayar pajak, padahal tidak, karena negara yang paling merdeka dan adidaya, pajaknya juga besar," ujar Sri Mulyani dalam Sosialisasi UU HPP Jawa Tengah yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Dia menuturkan hal tersebut adalah sebuah konsekuensi bagi sebuah negara yang ingin terus membangun negaranya, dan Indonesia sebagai negara yang masih berada dalam golongan menengah jika dilihat dari pendapatan perkapita, memiliki banyak sekali kebutuhan pembangunan ke depan.
Baca juga: Sri Mulyani: Negara dengan keuangan tak sehat akan hadapi kompleksitas
Visi Indonesia untuk mencapai negara maju di 2045 digambarkan sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk yang mencapai 309 juta jiwa, karena tingkat kesuburannya masih di atas 1, dengan 52 persen usia penduduk produktif, 75 persen penduduk hidup di perkotaan, dan 80 persen penduduk berpenghasilan menengah.
Selain itu, pendapatan perkapita domestik pun bisa mencapai 30 ribu dolar AS, yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang sehat, sehingga Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi keempat terbesar di dunia.
Visi tersebut, sambung dia, tak akan terjadi dan bisa saja hanya menjadi mimpi jika tidak terus diupayakan dengan sistematis dan terorganisir.
"Tidak ada jalan pintas dan tidak ada jalan yang mudah, semua negara di dunia di dalam mencapai cita-cita besarnya pasti membutuhkan suatu perjuangan," tegasnya.
Oleh karena itu, Bendahara Negara ini menyebutkan sumber daya manusia domestik harus terus dibangun, birokrasi harus diperbaiki, serta regulasi harus semakin efisien, yang seluruhnya membutuhkan partisipasi seluruh pihak.
Baca juga: Sri Mulyani: Pelebaran defisit wajar asal yakin ekonomi pulih kembali
Baca juga: Menkeu sebut penerimaan pajak tumbuh 59,39 persen di Januari 2022
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022
Tags: