Ribuan warga Banten selatan rayakan "Seren Taun"
12 September 2011 00:19 WIB
Ratusan warga mengikuti prosesi upacara Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang, Lebak, Banten, Minggu (11/9). Seren Taun merupakan upacara ungkapan rasa syukur atas panen padi yang melimpah dengan ditandai penyerahan padi kepada sesepuh adat kemudian disimpan ke lumbung. (FOTO ANTARA/ Dhoni Setiawan/ss/nz/11)
Lebak (ANTARA News) - Ribuan warga Banten Selatan merayakan "Seren Taun" sebagai bentuk syukuran atas hasil panen yang diperoleh selama satu tahun.
Perayaan adat tersebut membawa berbagai hasil bumi berkeliling lapangan diringi alunan musik tradisional angklung dan gendang.
"Kami setiap tahun menyelenggarakan upacara "Seren Taun" agar hasil pertanian melimpah," kata Kesepuhan adat Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Abah Usep Suyatma, Minggu.
Ia mengatakan, budaya seren taun merupakan bentuk syukuran atas segala hasil pertanian dalam bentuk panen padi, pisang, cengkih dan berbagai hasil pertanian.
Perayaan simbol kemakmuran ini dilaksanakan setelah musim panen raya, setiap tahunnya.
Pelaksanaan upacara adat di kesepuhan Cisungsang sudah berlangsung ratusan tahun , hingga saat ini masih tetap dipertahankan.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut bertani menanam padi di sawah dengan hasil panen satu kali dalam satu tahun.
Hasil panen selama satu tahun sekali tersebut, mereka disimpan dalam lumbung yang terletak di pinggir rumah warga untuk mencukupi kebutuhan makan hingga musim panen berikutnya.
"Kami hingga kini belum pernah terjadi kerawanan pangan karena lumbung pangan bisa bertahan hingga panen mendatang," katanya.
Menurut dia, upacara "seren taun" tersebut dilangsungkan selama tiga hari diisi dengan berbagai hiburan seperti pagelaran musik dangdut dan tradisional, wayang golek serta berbagai perlombaan.
"Kami tetap melaksanakan budaya "Seren Taun" karena peninggalan nenek moyang," katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya meminta pemerintah daerah agar pelayanan kesehatan dan pendidikan bisa lebih mudah dijangkau masyarakat.
Karena itu, kata dia, warga kasepuhan bisa sehat dan mampu mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.
"Saat ini warga kami ada yang sudah menyandang gelar sarjana. Tetapi, kami ingin warga kami ini lebih banyak lagi menyandang sarjana," katanya. (ANT/K004)
Perayaan adat tersebut membawa berbagai hasil bumi berkeliling lapangan diringi alunan musik tradisional angklung dan gendang.
"Kami setiap tahun menyelenggarakan upacara "Seren Taun" agar hasil pertanian melimpah," kata Kesepuhan adat Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Abah Usep Suyatma, Minggu.
Ia mengatakan, budaya seren taun merupakan bentuk syukuran atas segala hasil pertanian dalam bentuk panen padi, pisang, cengkih dan berbagai hasil pertanian.
Perayaan simbol kemakmuran ini dilaksanakan setelah musim panen raya, setiap tahunnya.
Pelaksanaan upacara adat di kesepuhan Cisungsang sudah berlangsung ratusan tahun , hingga saat ini masih tetap dipertahankan.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut bertani menanam padi di sawah dengan hasil panen satu kali dalam satu tahun.
Hasil panen selama satu tahun sekali tersebut, mereka disimpan dalam lumbung yang terletak di pinggir rumah warga untuk mencukupi kebutuhan makan hingga musim panen berikutnya.
"Kami hingga kini belum pernah terjadi kerawanan pangan karena lumbung pangan bisa bertahan hingga panen mendatang," katanya.
Menurut dia, upacara "seren taun" tersebut dilangsungkan selama tiga hari diisi dengan berbagai hiburan seperti pagelaran musik dangdut dan tradisional, wayang golek serta berbagai perlombaan.
"Kami tetap melaksanakan budaya "Seren Taun" karena peninggalan nenek moyang," katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya meminta pemerintah daerah agar pelayanan kesehatan dan pendidikan bisa lebih mudah dijangkau masyarakat.
Karena itu, kata dia, warga kasepuhan bisa sehat dan mampu mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.
"Saat ini warga kami ada yang sudah menyandang gelar sarjana. Tetapi, kami ingin warga kami ini lebih banyak lagi menyandang sarjana," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: