Jakarta (ANTARA News) - Tayangan televisi yang memperlihatkan pemandu acara membuat orang tertidur dan menuruti perintahnya, menunjukkan hipnotis itu seolah-olah mudah.




"Mereka yang melakukan hipnotis di televisi pasti sudah mencari tahu dulu orang-orang mana yang mudah untuk disugesti," kata pakar hipnotis Mardigu Wowiek Prasantyo.




Dalam ilmu hipnotis, istilah pemilihan itu disebut kalibrasi atau bagaimana membaca keadaan subjek.




"Dari sepuluh orang, pasti ada 3-4 orang yang mudah dipengaruhi sugesti. Maka, mereka yang dipilih biasanya orang yang latah atau gampang kaget," tambah pria yang sering dimintai bantuan oleh polisi untuk menanyai teroris itu.




Pakar hipnotis lain, Dewi Yogo Pratomo, menilai masyarakat sering salah mengartikan hipnotis.




"Ilmu pengetahuan mengenai proses untuk memberikan sugesti kepada orang lain disebut hipnosis sedangkan orang yang melakukannya disebut hipnotis," jelas Dewi.




Tak hanya salah mengartikan, masyarakat juga kerap menghubungkan hipnotis dengan kejahatan. Faktanya memang kian banyak aksi kriminal yang menggunakan hipnotis.




Terakhir adalah hilangnya seorang siswi SMA asal Bandung, Jumat lalu (9/9).




Tidak spontan




Sang ibu, Yuli Yuniar Nugrahawati, melakukan kontak terakhir dengan putrinya A. Shafa Fauziyah (15) Jumat itu pukul 05.54 WIB.




Ia yakin Shafa diculik kelompok Negara Islam Indonesia (NII) karena teman anaknya mengatakan Shafa sempat berkomunikasi dengan seseorang dari kelompok pengajian yang diikutinya di Pusdai (Pusat Dakwah Islam), Bandung.




"Tingkah lakunya sih tidak ada yang mencurigakan. Hanya saja, saya yakin pelaku penculik anak saya dari kelompok NII," ujar Yuli.




NII sendiri dilaporkan kerap merekrut anggota barunya dengan teknik-teknik hipnotis demi mengindoktrinasi ajaran-ajarannya selama waktu tertentu.




Oleh karena itu, mengutip Mardigu, kejahatan dengan menggunakan hipnotis tidaklah spontan, melainkan sudah lebih dulu diniatkan.




"Tidak mungkin misalnya bila ada perempuan cantik lewat saya langsung ingin menghipnotisnya. Saya harus mensurvei orang itu lebih dahulu, harus ada alasan mengapa saya melakukan hipnotis, tidak ada kejahatan instan dalam hipnotis yang pernah saya temukan," papar Mardigu.




Hipnotis yang dilakukan organisasi seperti NII ditempuh dengan mengikutkan korbannya pada pengajian selama periode waktu tertentu hingga ke tahap cuci otak.




"Tapi cuci otak itu bukan menghilangkan ingatan, hanya menutup folder ingatan manusia. Tidak mungkin ingatan manusia hilang karena cuci otak," kata Mardigu.




Untuk menarik perhatian seseorang, penghipnotis mengajukan pernyataan-pernyataan berisi fakta yang disetujui lawan bicaranya dan itu terus diulang sampai lawan bicara merasa nyaman.




"Selanjutnya akan menurut bila diajak untuk melakukan sesuatu," kata Mardigu.




Dewi Yogo lalu menambahkan, penjahat berteknik hipnotis harus mengetahui cara memengaruhi korban, misalnya dengan memperdengarkan lagu atau menebarkan aroma yang menenangkan.




"Intinya memberikan apa yang orang itu inginkan sehingga ia tergiring masuk ke dalam sugesti yang diberikan," kata sarjana psikologi dari Universitas Maryland, Frankfurt, Jerman, itu.




Jangan kosong




Lalu, bagaimana cara berkelit dari para penjahat berhipnotis?




Yang terefektif, menurut Mardigu, adalah menjaga pikiran tidak kosong karena kunci hipnotis itu adalah pikiran yang tidak fokus.




"Misalnya saya bertanya apakah Anda teman SD saya atau bukan, maka Anda pasti akan membayangkan wajah teman-teman SD Anda dan saat itulah saya dapat langsung memasukkan sugesti ke pikiran dan Anda mungkin akan langsung jatuh tertidur," jelas Mardigu.




Cara lain menghindar hipnotis jahat adalah menjaga jarak sentuh karena ada hipnotis yang efektif begitu memegang korban untuk mencari fokus si korban.




"Namanya shock induction," jelas pria yang juga pengamat terorisme itu.




Agar pikiran tidak kosong, kali ini Dewi Yogo yang unjuk saran, seseorang sebaiknya membawa buku atau barang yang dapat membuatnta tetap sibuk.




Dia menyebutkan orang latah, memiliki kebiasaan tidur sambil berjalan dan orang yang suka mengenakan aksesoris banyak adalah sasaran empuk penjahat berhipnotis.




Ia mengingatkan, orang-orang yang sedang frustasi untuk tak memperlihatkan wajah sedih karena penjahat berhipnotis senang membidik orang yang lagi depresi.




Lantas, bagaimana jika penjahatan berhipnotis itu menggunakan gendam (mantra atau guna-guna)?




"Gendam akan putus bila seseorang berada dalam keadaan yang penuh kesadaran," kata dewi.




Dewi mengingatkan, tetaplah dalam rombongan karena gendam tidak efektif bila si korban ada dalam kelompoknya.




Lalu, jika berbicara dengan seseorang yang baru dikenal, hindari bertatap mata. "Lihat saja keningnya demi menjaga kesopanan karena ada gendam yang mantranya dilancarkan lewat mata," ujar Dewi.




Gendam juga dapat dipatahkan efektivitasnya, oleh suara berfrekuensi tinggi seperti teriakan.




Terakhir, kata Dewi, "Baiknya semua orang, sebelum keluar rumah, selalulah berdoa."




SDP-03*E007