Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi lanjut menguat seiring meredanya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Rupiah bergerak menguat 47 poin atau 0,32 persen ke posisi Rp14.295 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.342 per dolar AS.

"Sentimen pasar terhadap aset berisiko kembali terlihat positif pagi ini. Ketegangan yang sedikit mereda di Ukraina membantu sentimen positif tersebut," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan tidak lagi mendesak keanggotaan NATO yang menjadi salah satu alasan Putin menginvasi Ukraina. Di sisi lain, harga minyak mentah juga terlihat menurun.

"Ini bisa membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini dengan potensi penguatan ke kisaran Rp14.300 dan resisten di kisaran Rp14.380," ujar Ariston.

Baca juga: Euro menguat di Asia, pasar dukung pertemuan Menlu Rusia-Ukraina

Dari dalam negeri, lanjut Ariston, kebijakan pemerintah yang melonggarkan aktivitas ekonomi dan bersiap masuk ke fase endemi, juga membantu penguatan rupiah.

"Tapi di sisi lain, dolar AS terlihat menguat terhadap mata uang regional dan utama dunia pagi ini. Ini bisa menahan penguatan rupiah," kata Ariston.

Menurut Ariston, penguatan dolar mungkin bisa disebabkan oleh kemungkinan kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang akan diumumkan minggu depan.

"Situasi perang mendorong kenaikan inflasi global dan juga di AS yang bisa memaksa The Fed menaikan suku bunga acuannya," ujar Ariston.

Rupiah pada hari ini diperkirakan bergerak di kisaran Rp14.340 per dolar AS hingga Rp14.440 per dolar AS.

Pada Rabu (9/3) lalu, rupiah ditutup menguat 54 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp14.342 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.396 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah ditutup menguat, ditopang keraguan pasar Fed akan tetap agresif