Jakarta (ANTARA News) - Semoga ini bukan basa-basi belaka. Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-Jin, memuji dan sangat yakin atas performansi CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia; sebaliknya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memuji T-50 Golden Eagle.

"Saya yakin ini bisa terbang tinggi," kata Kim seraya menunjuk miniatur pesawat tersebut usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan RI-Korsel di Jakarta, Jumat.

RI-Korsel sepakat meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan termasuk kerja sama industri pertahanan, dilanjutkan seremoni wajib saling bertukar cinderamata. Yusgiantoro menyerahkan model berskala CN-235 kepada koleganya itu dilanjutkan Kim yang memberi model skala serupa T-50 Golden Eagle kepada mitra Indonesia-nya.

Dengan senyum mengembang, Yusgiantoro menyatakan "Ini pesawat T-50 yang akan kita beli. Dan ini sangat bertenaga," Ucapan itu langsung disambut hangat Kim yang menunjuk model CN-235, "Pesawat ini juga bisa terbang tinggi..."

CN-235 adalah unggulan PT Dirgantara Indonesia (IPTN/Nurtanio) hasil kerja bareng dengan CASA Spanyol (EADS CASA). Sudah dibuat beberapa varian, mulai dari tipe standar, VVIP, hingga CN-235 Maritime Patrol Aircraft. CN-235 juga bersaing langsung dengan ATR buatan Perancis.

Tercatat Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Australia memakai CN-235 yang keluar dari hanggar dan bengkel kerja PT Dirgantara Indonesia.

Amerika Serikat juga akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi.

Sementara varian yang dikembangkan EADS CASA, C-295 juga laku keras di kalangan militer negara-negara Barat. Bahkan C-295 bisa dimodifikasi menjadi pesawat peringatan dini ringan/perang elektronika yang setara dengan EC-3 Sentry dengan waktu jelajah antara enam dan delapan jam terbang tanpa pengisian ulang bahan bakar di udara. (R018)