Angka kesembuhan juga diikuti oleh jumlah kasus aktif yang terus turun dari 448.274 menjadi 422.892. Kondisi tersebut berimbas pada angka keterisian rumah sakit juga turun menjadi 27 persen secara nasional hari ini.
“Situasi pandemi nasional sangat terkait dengan situasi global. Situasi global turut menentukan apakah fase akut pandemi ini sudah berakhir atau masih berlanjut,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid di Jakarta.
Di tingkat global, menurut Nadia, tren penurunan kasus konfirmasi baru dan juga kematian terus berlanjut. Demikian juga untuk tingkat nasional, tren penurunan kasus konfirmasi terus berlanjut yaitu turun 38,15 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
Baca juga: Kinerja posko PPKM mikro alami tren penurunan
Baca juga: Satgas: Evaluasi ujicoba pembebasan karantina PPLN dilakukan berkala
Catatan Kemenkes pada minggu ini menunjukkan, positivity rate nasional minggu mencapai 13.56 persen dan pada 7 Maret lalu mencatat positivity rate pertama kali di bawah 10 persen dalam 30 hari terakhir, yakni di angka 9,93 persen.
“Meski begitu penularan masih terjadi dan perlu terus kita tekan hingga level di bawah lima persen. Kasus saat ini paling banyak dilaporkan berasal dari pulau Jawa-Bali, akan tetapi proporsinya sudah mulai menunjukkan penurunan," katanya.
Namun, Nadia meminta semua pihak untuk tetap waspada, karena beberapa provinsi terutama di luar Jawa-Bali saat ini masih mengalami peningkatan tren kasus baru dan masih mungkin berlanjut di beberapa hari atau minggu ke depan.
Data yang dihimpun Kemenkes 7 Maret kemarin, sudah ada 24 daerah yang menunjukkan penurunan jumlah kasus konfirmasi. Sisanya tinggal 10 daerah lagi yang masih mengalami peningkatan kasus konfirmasi.
“Oleh karena itu, kita memerlukan kerja sama semua elemen masyarakat-masyarakat untuk membantu menjaga protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi hingga lengkap dua dosis serta melanjutkan dengan vaksinasi booster,” ujar Nadia.
Kelompok rentan bergejala berat hingga berisiko kematian akibat terinfeksi COVID-19 yaitu orang-orang dengan komorbid dan juga lansia. "Sesuai rekomendasi global kelompok ini menjadi kelompok prioritas untuk vaksinasi COVID-19," katanya.
Baca juga: Prof Hasbullah: Pendanaan pengaruhi rantai akses pasokan vaksin
Baca juga: Anies minta keluarga lansia lebih responsif dorong vaksin boosterCatatan Kemenkes pada minggu ini menunjukkan, positivity rate nasional minggu mencapai 13.56 persen dan pada 7 Maret lalu mencatat positivity rate pertama kali di bawah 10 persen dalam 30 hari terakhir, yakni di angka 9,93 persen.
“Meski begitu penularan masih terjadi dan perlu terus kita tekan hingga level di bawah lima persen. Kasus saat ini paling banyak dilaporkan berasal dari pulau Jawa-Bali, akan tetapi proporsinya sudah mulai menunjukkan penurunan," katanya.
Namun, Nadia meminta semua pihak untuk tetap waspada, karena beberapa provinsi terutama di luar Jawa-Bali saat ini masih mengalami peningkatan tren kasus baru dan masih mungkin berlanjut di beberapa hari atau minggu ke depan.
Data yang dihimpun Kemenkes 7 Maret kemarin, sudah ada 24 daerah yang menunjukkan penurunan jumlah kasus konfirmasi. Sisanya tinggal 10 daerah lagi yang masih mengalami peningkatan kasus konfirmasi.
“Oleh karena itu, kita memerlukan kerja sama semua elemen masyarakat-masyarakat untuk membantu menjaga protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi hingga lengkap dua dosis serta melanjutkan dengan vaksinasi booster,” ujar Nadia.
Kelompok rentan bergejala berat hingga berisiko kematian akibat terinfeksi COVID-19 yaitu orang-orang dengan komorbid dan juga lansia. "Sesuai rekomendasi global kelompok ini menjadi kelompok prioritas untuk vaksinasi COVID-19," katanya.
Baca juga: Prof Hasbullah: Pendanaan pengaruhi rantai akses pasokan vaksin
Baca juga: Wakil ketua MPR: Pelonggaran kebijakan COVID-19 disikapi secara bijak
Data nasional menunjukkan bahwa lansia dengan COVID-19 memiliki risiko 3.5 kali lipat untuk meninggal dibandingkan dengan yang bukan lansia, dan lebih tinggi lagi pada lansia dengan penyakit penyerta seperti diabetes, darah tinggi, dan gagal ginjal.
Melihat data kumulatif dari 21 Januari-6 Maret 2022, 70 persen dari 8.239 pasien meninggal di rumah sakit belum divaksinasi lengkap, 56 persen di antaranya lansia, dan 51 persen memiliki komorbid. Sementara itu efek perlindungan vaksin dibandingkan pasien yang belum divaksin yaitu, tiga dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 86 persen, dua dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 60 persen, satu dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 29 persen.
“Kami berharap untuk wilayah di Indonesia terutama yang masih rendah cakupannya untuk dapat kembali menyusun strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasinya hingga lengkap dua dosis dan ditambah booster,” ujar dr. Nadia.
Baca juga: Satgas: Tekan kematian sebagai proses adaptasi dengan pandemi
Baca juga: Pemda diminta tingkatkan koordinasi agar vaksin COVID-19 tak terbuangData nasional menunjukkan bahwa lansia dengan COVID-19 memiliki risiko 3.5 kali lipat untuk meninggal dibandingkan dengan yang bukan lansia, dan lebih tinggi lagi pada lansia dengan penyakit penyerta seperti diabetes, darah tinggi, dan gagal ginjal.
Melihat data kumulatif dari 21 Januari-6 Maret 2022, 70 persen dari 8.239 pasien meninggal di rumah sakit belum divaksinasi lengkap, 56 persen di antaranya lansia, dan 51 persen memiliki komorbid. Sementara itu efek perlindungan vaksin dibandingkan pasien yang belum divaksin yaitu, tiga dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 86 persen, dua dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 60 persen, satu dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 29 persen.
“Kami berharap untuk wilayah di Indonesia terutama yang masih rendah cakupannya untuk dapat kembali menyusun strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasinya hingga lengkap dua dosis dan ditambah booster,” ujar dr. Nadia.
Baca juga: Satgas: Tekan kematian sebagai proses adaptasi dengan pandemi
Baca juga: Ahli epidemiologi AS sebut COVID-19 kemungkinan tidak segera hilangBaca juga: Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia bertambah 30.148 pada Selasa