Kopenhagen (ANTARA News/AFP/Reuters) - Perompak Somalia membebaskan lima bersaudara Denmark dan dua awak, yang diculik saat berlayar di lepas pantai Tanduk Afrika pada Februari, kata pejabat Denmark, Rabu sebelum mereka kembali ke negara Eropa itu.

Perompak bersenjata menangkap keluarga itu -Jan Quist Johansen, istri dan tiga anaknya- dan dua awak kapal ketika mereka membajak perahu layar 129 meter SY ING itu sekitar 960 kilometer timur Somalia.

"Ketujuh orang Denmark itu sehat mengingat keadaannya," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Denmark dan menambahkan, "Mereka diperkirakan segera kembali ke Denmark."

Gerombolan perompak mengganggu jalur pelayaran melalui teluk Aden dan Samudera Hindia dengan biasa menyasar kapal dagang besar, dengan kapal tangki minyak sebagai sasaran berharga, tapi menculik orang asing juga dapat menghasilkan uang tebusan tinggi.

Seorang perompak, yang mengaku bernama Hussein, mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters melalui telepon dari desa pesisir Ras Bina di kawasan Puntland, Somalia, "Kami menerima tebusan tiga juta dolar (sekitar 27 miliar rupiah) siang ini (Selasa)."

Pejabat Denmark menolak menanggapi apakah uang tebusan itu dibayarkan.

Perompak di jalur laut strategis menghubungkan Eropa dengan Asia dan Afrika itu menangguk sekitar 80 juta dolar (lebih kurang 720 miliar rupiah) uang tebusan sejak September tahun lalu, kata ahli bahari kawasan.

Beberapa hari sebelum serangan pada 24 Februari atas Johansens itu, yang berlayar dari Maladewa ke laut Merah, perompak menembak mati empat pelaut Amerika Serikat di daerah sama di laut Arab.

Kementerian luar negeri Denmark juga menyatakan enam pelaut -dua orang Denmark dan empat warga Filipina- dari kapal angkut MV Leopard masih disekap perompak dalam kejadian tak terkait.

Perompak di Somalia selatan juga menyekap dua orang Afrika Selatan, yang disergap dari kapal pesiar mereka pada akhir tahun lalu.

Pada November 2010, gerombolan lain membebaskan pasangan Inggris Paulus dan Rachel Chandler setelah menyekap mereka lebih dari 14 bulan.

Andrew Mwangura, ahli bahari kawasan dan redaktur bahari Somalia Report, menyatakan kebingungan akan kesepakatan tebusan dan akhir musim hujan berarti kemungkinan perompak akan melanjutkan gerakan mereka setelah jeda akibat cuaca buruk.

"Laut datar setelah musim hujan, sehingga kami memperkirakan lonjakan serangan lagi. Mereka harus membebaskan kapal, sehingga dapat membajak dan memiliki ruang untuk jangkar lain," kata Mwangura.

Somalia tidak memiliki pemerintah pusat kuat hampir dua dasa warsa belakangan dan dibanjiri senjata.

Kekacauan di daratan itu memungkinkan perompakan menghebat di perairan strategis lepas pantainya, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Afrika.

Kenya, Mauritius, Seychelles dan Tanzania menanggung beban kejahatan dan mengatakan siap mengadili perompak, yang ditangkap angkatan laut asing, yang meronda Afrika timur.

Perompak Somalia membajak kapal di lepas pantai negara kacau mereka dan memperluas jangkauan dengan menggunakan kapal induk, kadangkala kapal bajakan, untuk melancarkan serangan dengan kapal lebih kecil.

Sejak Desember 2008, "Atalanta" Eropa Bersatu bertugas melindungi kapal pemberi bantuan pangan ke Somalia dan kapal lain melewati jalur penting pelayaran niaga melalui Teluk Aden dan dekat pantai Somalia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap melebihi pasukan angkatan laut antarbangsa, yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.
(B002/Z002)