Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kanada mendorong pemberdayaan perempuan di kawasan Asia Tenggara yang tercermin dalam pendanaan sebesar 8,5 juta dolar Kanada atau Rp 96,3 miliar melalui program Memberdayakan Perempuan untuk Perdamaian yang Berkelanjutan: Mencegah Kekerasan dan Mempromosikan Kohesi Sosial di ASEAN yang baru-baru ini diluncurkan.

Hal tersebut dijelaskan oleh Kuasa Usaha Perutusan Kanada untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Vicky Singmin dalam konferensi pers perayaan Hari Perempuan Internasional yang dipantau dari Jakarta, Selasa.

“Hari Perempuan Internasional menggambarkan semangat kebijakan feminis Kanada, termasuk kebijakan luar Negeri feminis Kanada dan kebijakan bantuan internasional feminis Kanada, yang merupakan apa yang kami lakukan di Misi Kanada untuk ASEAN,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa proyek tersebut merupakan program lima tahun yang didanai oleh Kementerian Luar Negeri Kanada dengan didukung UN Women sebagai mitra PBB utama.

Inisiatif tersebut bertujuan untuk memajukan perdamaian dan keamanan yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan, sambil menangani ketidaksetaraan gender yang sistemik.

Menurut Singmin, pemberdayaan perempuan kian penting terutama di tengah situasi pandemi.

“Dampak COVID-19 telah meningkatkan risiko bagi perempuan dan anak perempuan dalam konteks yang rapuh dan terkena dampak konflik. Pandemi telah menyoroti kebutuhan kritis untuk terus memajukan kesetaraan gender, untuk mendukung kepemimpinan dan partisipasi perempuan untuk respons yang efektif dan komprehensif terhadap COVID-19, tetapi lebih luas lagi untuk memastikan stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran,” ujarnya.

Selain itu, Kanada juga telah mengucurkan lebih dari 170.000 dolar Kanada, atau Rp1,9 miliar melalui program Canada Fund untuk Inisiatif Lokal (CFLI) tahun 2021 dalam berbagai proyek di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Tujuannya adalah mengurangi kekerasan berbasis gender, meningkatkan partisipasi perempuan dalam aktivitas politik dan publik, dan memperluas keterlibatan perempuan dalam menyusun anggaran yang responsif dalam komunitas mereka.

Baca juga: Studi: Kewirausahaan perempuan Indonesia tertinggal dari Kanada
Baca juga: Chair W20: Diskriminasi dan kekerasan hambat pemberdayaan perempuan
Baca juga: Mercy Corps dan DANA dukung pemberdayaan pengusaha perempuan