Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan berkoordinasi dengan importir untuk mengamankan stok gandum dengan melakukan diversifikasi negara pemasok gandum mengingat Ukraina sebagai salah satu pengekspor gandum ke RI tengah berperang dengan Rusia.

"Sudah koordinasi dengan importir untuk diversifikasi negara pemasok dan sedang diupayakan beberapa negara," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Menurut Oke, Ukraina saat ini memenuhi 24 persen kebutuhan gandum di dalam negeri.

Adapun, salah satu negara yang dibidik untuk mendatangkan gandum adalah Australia.

"Sementara yang saya tahu salah satunya adalah dari Australia," kata Oke.

International Grains Council (IGC) Market Indicator melaporkan harga gandum di pasar dunia sudah mencapai 335 dolar AS per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan 46 persen dibandingkan tahun lalu di angka 229 dolar AS per ton.

Pada awal tahun ini, IGC melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia.

Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit subindeks gandum sebesar 12 persen w/w atau hampir mendekati puncak selama 14 tahun terakhir.

Sedangkan, menurut data Kemenperin, kebutuhan gandum untuk industri pada tahun ini mencapai 11,1 juta ton untuk bahan baku tepung terigu yang bakal diolah menjadi bahan makanan.

Dari total kebutuhan gandum tersebut, sekitar 2,8 juta ton dipenuhi dari Ukraina atau 25,2 persen dari total kebutuhan dan Rusia sebesar 2.900 ton.

Baca juga: Ekonom: Perlu antisipasi harga gandum naik, efek konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: Indonesia perlu cari sumber gandum baru imbas konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: Harga pangan dunia naik pada November, bertahan di tertinggi 10 tahun