Petasan banyak dijual di dalam Stadion Bung Karno semalam
7 September 2011 15:59 WIB
Pemain Indonesia, Muhammad Roby (16), meluapkan kekecewaannya setelah Indonesia kalah 0-2 dari Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (6/9). Predikat kekalahan itu makin buruk atas kelakukan pendukung Indonesia yang membakari petasan dan bisa membuat FIFA memasukkan Indonesia ke dalam daftar hitam. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)
Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Negara RI menangkap empat orang yang kedapatan membawa kembang api saat pertandingan sepak bola antara tim nasional (timnas) Indonesia melawan Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa malam (6/9).
"Sementara punya waktu 1 x 24 jam untuk memeriksa yang bersangkutan. Informasinya, mereka mendapat petasan/kembang api dan sebagainya dari orang yang menjual di dalam stadion," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Alam, di Jakarta, Rabu.
Empat orang yang diperiksa di Polda Metro Jaya tersebut berinisial H, A, M dan E, yang seluruhnya adalah sebagai pelajar, mahasiswa dan karyawan.
Menurut pengakuan para terperiksa, mereka membeli kembang api seharga Rp10.000 sebatang dan polisi saat ini masih mencari penjual petasan itu.
"Pada saat masuk memang sudah dilakukan pemeriksaan, tapi memang ada celah-celah untuk memasukkan kembang api melalui lubang-lubang dari pagar dan ini masih didalami," papar Anton.
Indonesia akhirnya kalah telak 0-2 dari Bahrain semalam (6/9). Kekalahan itu memicu pembakaran petasan dan kembang api hingga pelemparan botol air mineral kepada tim nasional Bahrain; bahkan sampai ke tengah lapangan rumput segala.
Hal ini menyebabkan Presiden Susilo Yudhoyono yang datang ke stadion bersama istrinya, Ani Yudhoyono, kecewa terhadap sikap kampungan dan berbahaya sejumlah suporter Indonesia itu. Ternyata kualitas penonton Indonesia masih sebatas itu saja, tidak ubahnya vandalis belaka.
Pembakaran petasan itu juga bisa dilihat dari sisi lain. Sangat mengejutkan bahwa di lokasi di mana kepala negara berada, masih bisa disusupi bahan-bahan yang bisa membahayakan salah satu lambang negara itu. Apalagi jumlah personel yang dikerahkan untuk mengamankan juga sampai ratusan yang berbaur dengan kerumunan massa.
Padahal prosedur pengamanan kepala negara/kepala pemerintahan dan wakilnya sangat jelas; juga di mana saja pemimpin bangsa itu berada berarti dalam status harus sudah steril dalam terminologi militer dan keamanan.
Menyangkut kekecewaan itu, Juru Bicara Presiden, Julian Pasha, menyatakan, "Beliau memutuskan untuk kembali sebelum pertandingan usai. Presiden tidak berkenan khususnya kepada suporter karena menunjukkan tidak sportif dan kejadian itu patut disesalkan." (P008)
"Sementara punya waktu 1 x 24 jam untuk memeriksa yang bersangkutan. Informasinya, mereka mendapat petasan/kembang api dan sebagainya dari orang yang menjual di dalam stadion," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Alam, di Jakarta, Rabu.
Empat orang yang diperiksa di Polda Metro Jaya tersebut berinisial H, A, M dan E, yang seluruhnya adalah sebagai pelajar, mahasiswa dan karyawan.
Menurut pengakuan para terperiksa, mereka membeli kembang api seharga Rp10.000 sebatang dan polisi saat ini masih mencari penjual petasan itu.
"Pada saat masuk memang sudah dilakukan pemeriksaan, tapi memang ada celah-celah untuk memasukkan kembang api melalui lubang-lubang dari pagar dan ini masih didalami," papar Anton.
Indonesia akhirnya kalah telak 0-2 dari Bahrain semalam (6/9). Kekalahan itu memicu pembakaran petasan dan kembang api hingga pelemparan botol air mineral kepada tim nasional Bahrain; bahkan sampai ke tengah lapangan rumput segala.
Hal ini menyebabkan Presiden Susilo Yudhoyono yang datang ke stadion bersama istrinya, Ani Yudhoyono, kecewa terhadap sikap kampungan dan berbahaya sejumlah suporter Indonesia itu. Ternyata kualitas penonton Indonesia masih sebatas itu saja, tidak ubahnya vandalis belaka.
Pembakaran petasan itu juga bisa dilihat dari sisi lain. Sangat mengejutkan bahwa di lokasi di mana kepala negara berada, masih bisa disusupi bahan-bahan yang bisa membahayakan salah satu lambang negara itu. Apalagi jumlah personel yang dikerahkan untuk mengamankan juga sampai ratusan yang berbaur dengan kerumunan massa.
Padahal prosedur pengamanan kepala negara/kepala pemerintahan dan wakilnya sangat jelas; juga di mana saja pemimpin bangsa itu berada berarti dalam status harus sudah steril dalam terminologi militer dan keamanan.
Menyangkut kekecewaan itu, Juru Bicara Presiden, Julian Pasha, menyatakan, "Beliau memutuskan untuk kembali sebelum pertandingan usai. Presiden tidak berkenan khususnya kepada suporter karena menunjukkan tidak sportif dan kejadian itu patut disesalkan." (P008)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: