"Meningkatnya eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina membuat harga komoditas batu bara global melambung tinggi," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Agung menjelaskan bahwa ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pasokan gas.
Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia, sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.
"Negara-negara Eropa bahkan mulai beralih ke batu bara sebagai sumber energi," jelas Agung.
HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, total kelembaban 8,0 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara selama satu bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA, yaitu penawaran dan permintaan. Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasok, seperti kereta, tongkang, maupun terminal pemuatan.
Baca juga: Bukit Asam perkirakan harga batu bara siap "terbang"
Baca juga: Harga batubara diprediksi terus melambung akibat konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: Ekonom ingatkan pengusaha batu bara untuk patuhi kewajiban DMO