Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore melemah dipicu sentimen hindar aset berisiko akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.415 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.387 per dolar AS.

"Dolar AS menguat dan ada sentimen hindar aset berisiko yang disebabkan ketegangan di Ukraina," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

Pasukan Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa pada Jumat (4/3) lalu dalam apa yang disebut Washington sebagai serangan yang sembrono yang berisiko menimbulkan bencana.

Sementara itu dolar AS menguat di tengah pasar yang mencerna data pertumbuhan tenaga kerja AS yang melonjak pada Februari.

Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan Non-Farm Payroll (NFP) mencapai 678.000 pekerjaan, di atas konsensus 400.000 pekerjaan sepanjang Februari 2022 atau tertinggi sejak Juli 2021.

Data lainnya, tingkat pengangguran AS tercatat 3,8 persen, lebih rendah dari konsensus 3,9 persen atau terendah sejak Februari 2020.

Hal itu meningkatkan optimisme bahwa ekonomi dapat menahan peningkatan tekanan dari ketegangan geopolitik, inflasi, dan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Rupiah pada Senin pagi dibuka melemah ke posisi Rp14.423 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.401 per dolar AS hingga Rp14.423 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.411 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.