Kota Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Puluhan pengusaha batik Kota Probolinggo mengikuti pembinaan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia agar mampu bersaing dalam perkembangan industri pariwisata di Majapahit Room, Bale Hinggil, Kota Probolinggo, Jawa Timur, Senin.

"Kami berharap kegiatan itu dapat meningkatkan pengetahuan motivasi dan kompetensi selaku ekonomi kreatif agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pemasaran produknya," kata Plt Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Kota Probolinggo Fadjar Poernomo di kota setempat.

Menurutnya kegiatan pembinaan ekonomi kreatif digelar selama dua hari yakni Senin hingga Selasa (8/3) dengan peserta dari sub sektor batik sebanyak 40 orang agar pengusaha batik dapat mengemas produknya di pasaran digital di era pandemi.

Sementara staf ahli Wali Kota Probolinggo Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan Wawan Soegiantono mengatakan untuk dapat bertahan hidup, salah satu kuncinya adalah kemampuan untuk bersaing.

"Orang yang mampu bersaing dapat menjaga kelangsungan hidupnya, salah satunya dengan membuat produk yang inovatif, memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi yang membuat persaingan dan tantangan semakin nyata dan kuat," tuturnya.

Ia mengatakan pandemi COVID-19 yang telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif, ditambah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun drastis, juga berdampak pada pendapatan negara di sektor pariwisata.

"Itu merupakan tanggung jawab bersama untuk segera memulihkan perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, yang salah satunya adalah kinerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," katanya.

Sementara itu tantangan terbesar yang dialami oleh para pelaku usaha ekonomi kreatif saat pandemi melanda adalah berubahnya sistem penjualan pada industri kreatif global.

"Jika sebelumnya masyarakat lebih banyak membeli perlengkapan secara luring, namun saat pandemi, cara itu sudah mulai ditinggalkan dan kini beralih secara daring," ujarnya.

Ia menjelaskan tentu sistem jual beli menjadi beralih ke daring dan itu memberikan tantangan besar bagi sektor ekonomi kreatif termasuk di Kota Probolinggo.

"Namun sayangnya tidak semua pelaku ekonomi kreatif memahami metode daring dan membuat banyak pelaku usaha kreatif yang gulung tikar pada masa awal pandemi karena minim nya permintaan," katanya.

Menanggapi hal itu, Pemkot Probolinggo terus memutar otak untuk mengubah tantangan menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif, sehingga pihaknya berharap para pelaku kreatif bisa mulai beradaptasi dengan teknologi dalam memasarkan produk batiknya.

"Hal itu juga menjadi salah satu kekuatan baru yang nantinya setelah pandemi berakhir dan kemampuan menguasai pasar daring itu menjadi nilai tambah bagi para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia," ujarnya.

Wawan menyerukan agar pelaku ekonomi kreatif bisa menerapkan protokol kesehatan di setiap usahanya dan memahami tentang perizinan ekonomi kreatif yang harus dimiliki oleh setiap pelaku pariwisata, sehingga dapat menjamin perlindungan kesehatan, menjaga pertumbuhan ekonomi yang tentunya sesuai dengan peraturan pemerintah.

Dalam kegiatan tersebut, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Probolinggo menggandeng Imam Wahyudi dari Forum Kota Probolinggo Kreatif sebagai narasumber yang memberikan paparan kepada pengusaha batik.

Baca juga: Batik ecoprint akan dikembangkan di Kota Probolinggo
Baca juga: Batik Betawi ELEMWE dipamerkan di rangkaian G20
Baca juga: Batik jadi incaran kolektor dunia di Expo 2020 Dubai