Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pembajakan KA Gajayana Sertu Darso akan menjalani pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo, Senin.

"Dalam pemeriksaan itu, yang bersangkutan akan didampingi pula oleh istrinya," kata juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta.

Ia menuturkan Darso masuk TNI pada 1985 melalui jalur Tamtama. Pada awal kariernya sebagai Tamtama TNI, Darso ditempatkan di kesatuan tempur Batalyon II Infanteri Cilandak.

Lama berkarier sebagai Tamtama, pada akhir milenium kedua, Darso pun diangkat menjadi seorang Bintara TNI.

Meski masih berstatus Tamtama TNI, Darso sudah mempersunting seorang wanita asal Indramayu. Pernikahan itu berlangsung pada 1995. Namun hingga 16 tahun usia perkawinannya, Darso belum dikaruniai anak.

Enam belas tahun menikah tanpa dikaruniai anak, Darso pun depresi. Marinir di Yon Marhanlan III di Sunter Kelapa Gading itu pun nekat membajak Kereta Api Gajayana (KA Gajayana).

"Itulah hasil penyidikan sementara Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL) terhadap Darso. Ada indikasi gangguan kejiwaan, stres, atau dalam bahasa kesehatannya depresi," kata Untung.

Ia menambahkan depresi baru dugaan awal. "Untuk memastikan motif yang bersangkutan melakukan pembajakan, masih diperlukan beberapa proses termasuk tes kejiwaan, sesuai hasil penyidikan sementara," kata Untung.

POMAL juga akan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk meminta keterangan para saksi termasuk masinis untuk melengkapi penyidikan, pemberkasan dan selanjutnya dilakukan tindakan hukum sesuai hasil penyidikan secara menyeluruh.

"Yang jelas, TNI AL tidak akan mentolerir setiap pelanggaran yang dilakukan prajuritnya. Kita akan profesional dan proposional," katanya.

Darso melakukan pembajakan KA Gajayana jurusan Malang-Jakarta sekitar pukul 09.35 WIB pada Sabtu (27/8).

Sebanyak tiga orang tiba-tiba masuk ke dalam lokomotif masinis saat kereta berhenti di Stasiun Trisi, Indramayu.

Diantara mereka ada yang membawa senjata api dan pisau sambil mengancam masinis untuk mengikuti rute yang mereka inginkan. Akibatnya, kereta yang seharusnya memiliki tujuan akhir Stasiun Gambir, beralih ke Stasiun Senen.
(*)