Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta awal pekan ini melemah tertekan dampak konflik antara Rusia dan Ukraina.

Rupiah bergerak melemah 28 poin atau 0,2 persen ke posisi Rp14.415 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.387 per dolar AS.

"Pagi ini rupiah terlihat mengalami tekanan yg cukup signifikan karena efek penguatan dolar AS. Efek penguatan dolar AS ini terdampak dari masalah geopolitik dari Ukraina dan Rusia," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut Nikolas, efek geopolitik tersebut pun ikut berdampak pada hampir seluruh komoditi global yang mengalami kenaikan harga secara tajam pada awal sesi perdagangan pekan ini.

"Untuk sepekan ini, perlu perhatikan perkembangan geopolitik Ukraina-Rusia, ditambah dengan sejumlah data AS yang dapat menggerakkan nilai dolar AS dan berujung pada gerak rupiah," ujar Nikolas.

Pertempuran meningkat selama akhir pekan lalu dan upaya gencatan senjata untuk memungkinkan warga sipil mengungsi dari kota Mariupol yang terkepung tampaknya sejauh ini gagal.

Rusia menyebut operasi militer yang diluncurkan pada 24 Februari 2022 lalu sebagai "operasi militer khusus" dan mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.

Rupiah awal pekan ini diperkirakan bergerak di kisaran Rp14.430 per dolar AS hingga Rp14.470 per dolar AS.

Pada Jumat (4/3), rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.87 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.394 per dolar AS.