Jakarta (ANTARA News) - Industri elektronika nasional diperkirakan akan sulit berkembang setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik cukup tinggi yang mengakibatkan permintaan kian lesu sejak triwulan keempat tahun lalu. "Kami kesulitan mencari alternatif lain untuk mendorong permintaan, karena ekonomi nasional masih belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik," kata Direktur Pemasaran PT Samsung Elektronika Indonesia (SEIN), Lee Kang Hyun di Jakarta, Selasa. Menurut dia, para pelaku bisnis elektronik saat ini menunggu kebijakan pemerintah yang bisa mendorong industri ini bisa berkembang, seperti rencana penurunan pajak penghasilan barang mewah (Ppn-BM) yang sampai saat ini belum terealisasi. Pemerintah harus berani mengambil risiko untuk menurunkan Ppn-BM yang sekarang sebesar 10 persen, karena kebutuhan industri elektronik merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat penting dalam rumah tangga, katanya. Lee Kang Hyun mengatakan, pasar industri elektronik di dalam negeri memang agak lesu, namun pasar ekspor memberikan keuntungan yang lebih baik, bahkan brand Samsung yang di pasar dunia menduduki peringkat 21, kini meningkat ke 20. Namun kelesuan pasar lokal itu diharapkan akan segera membaik, apalagi dengan adanya kesediaan para investor Jepang maupun Korea yang akan menginvestasikan dana baru ke Indonesia untuk memicu ekonomi agar berjalan lebih baik, katanya. Ditanya mengenai penjualan produknya, Lee lebih lanjut mengatakan, tetap mengharapkan penjualan lokal dan ekspor akan bisa mencapai 1,5 miliar dolar AS sama seperti tahun lalu. "Kami optimis bisa meraih penjualan tersebut karena pasar ekspor cukup mendukung pasar." Meski pasar lokal agak lesu, namun ini hanya sementara saja dan diharapkan pada triwulan ketiga 2006 akan tumbuh dengan baik, setelah masuknya dana asing dalam jangka pendek ke pasar modal maupun pasar uang, katanya. Mengenai investasi, menurut Lee Kang Hyun, Samsung masih memfokuskan diri terhadap peluncuran produk baru dan akan tetap melakukan investasi baru setiap tahun, namun untuk tahun ini rencana ini masih belum dibahas. Perusahaan kemungkinan akan mempelajari kondisi pasar lebih dulu, meski Indonesia dinilai merupakan pasar yang potensial, namun Samsung tetap hati-hati dalam melakukan investasi baru, katanya.(*)