Sydney (ANTARA News) - Para tahanan membakar satu pusat tahanan imigrasi Australia, Rabu. Diduga penghuni rumah detensi imigrasi dari berbagai kewarganegaraan itu kecewa karena tidak dapat merayakan sepenuhya Idul Fitri.

Departemen Imigrasi Australia, menurut AFP, mengatakan polisi dan regu pemadam kebakaran dikerahkan ke tempat kejadian di Pusat Detensi Imigrasi Utara di Darwin itu, yang menampung 466 orang setelah dua kebakaran melanda kompleks itu.

Kebakaran itu telah diatasi dan tidak ada yang cedera dalam peristiwa itu.

Para pembela pengungsi mengatakan insiden itu tidak ada kaitannya dengan keputusan Mahkamah Agung, Rabu, untuk mengganjal rencana pemerintah mengirim para pencari suaka ke Malaysia sebagai bagian dari satu perjanjian pertukaran pengugsi yang kontroversial.

Jaringan Dukungan dan Advokasi Pencari Suaka mengatakan sebagian besar mereka yang terlibat dalam pembakaran itu adalah warga Indonesia yang dituduh melakukan penyelundupan orang dan menangkap ikan secara tidak sah.

"Saya kira yang memicu aksi para tahanan itu adalah mereka tidak dapat ikut serta sepenuhnya merayakan Idul Fitri," kata anggota jaringan pembela itu Carl O'Connor.

"Ini ada kaitan dengan kekhawatiran umum para tahanan di pusat tahanan imigrasi di Darwin itu terhadap akses ke pelayanan agama," kata O'Connor.

Seorang juru bicara pemerintah, kepada AFP, menyatakan, tidak semua orang dapat diantar ke masjid lokal untuk shalat pada hari Jumat.

Australia sendiri sering menyatakan diri secara jelas sebagai negara yang mengagungkan demokrasi dan nilai-nilai HAM. Kebebasan dan kemudahan akses menjalankan ajaran agama merupakan bagian dari HAM paling hakiki secara universal.

Juru bicara Koalisi Aksi Pengungsi, Ian Rintoul, juga mengatakan kerusuhan itu terjadi pada saat kekhawatiran para tahanan tidak dapat sepenuhnya melaksanakan ajaran agama mereka.

"Banyak terjadi ketegangan dengan para tahanan Indonesia karena mereka menunggu selama berbulan-bulan dan kadang-kadang setahun sebelum mereka akhirnya disidangkan."

Departemen Imigrasi menolak berspekulasi penyebab kebakaran itu tetapi mengatakan semua tahanan "bebas menjalankan ajaran agama mereka".

Kompleks Darwin itu, seperti halnya dengan fasilitas-fasilitas lain tahanan imigrasi, menampung para pencari suaka, tapi dilanda aksi kekerasan sebelumnya, termasuk satu protes dan mogok makan Juli. (H-RN)