Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengungkapkan bahwa saat ini ada gejala terjadinya kegersangan sosial karena ketidakseimbangan antara pengembangan kecerdasan akal dengan kecerdasan hati.
"Kalau kita cermati, betapa banyak ungkapan-ungkapan yang kasar dalam ranah publik kita yang tidak jarang disampaikan oleh orang yang terhormat dalam status sosialnya. Ini salah satu tanda terjadinya kegersangan sosial," kata M Nuh ketika menjadi khatib shalat Idul Fitri 1432 Hijriah di Masjid Sunda Kelapa Jakarta, Rabu.
Menurut dia, ranah hati harus mendapat perhatian khusus agar terjadi keseimbangan antara pengembangan kecerdasan akal dan kecerdasan hati.
"Kalau tidak akan menghasilkan kegersangan sosial seperti berkurangnya kesantunan, keharmonisan (kehangatan interaksi sosial), sensitivitas sosial, dan berkembangnya aksi kekerasan (termasuk kekerasan dalam berungkap)," katanya.
Ia menyebutkan, pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun manusia dan membangun tatanan bermasyarakat.
"Pendidikan yang menyentuh seluruh ranah potensi manusia, terutama untuk saat ini, ranah hati harus mendapatkan perhatian khusus," tegasnya.
Menurut dia, di antara sekian banyak ranah pedagogik yang harus diberikan perhatian khusus adalah ranah hati karena dari hatilah pada akhirnya apa yang dilakukan akan memiliki nilai khusus di hadapan Tuhan.
"Hati berada pada posisi yang menentukan, jika ia baik maka seluruhnya akan baik, tetapi jika sebaliknya maka rusaklah seluruh amal," katanya.
Bahkan yang menghantarkan seseorang masuk surga atau neraka. lanjutnya, bukan karena sehat atau sakitnya organ-organ fisik, melainkan sehat atau sakitnya hati. "Di sinilah letak tentang pentingnya pencerdasan hati sebagai bagian utuh dar proses pendidikan," katanya.
Menurut dia, ibadah ramadhan mulai dari puasa hingga ibadah ikutannya pada dasarnya lebih menekankan pada pencerdasan hati.
(*)
Mendiknas: terjadi gejala kegersangan sosial
31 Agustus 2011 10:19 WIB
Mendiknas Muhammad Nuh mengatakan terjadi gejala kegersangan sosial (ANTARA/Kharis Kustiawan)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011
Tags: