Makassar (ANTARA) - Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan dr Arman Bausat mengatakan bahwa bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur pada ruang isolasi di rumah sakit se-Sulawesi Selatan mencapai 30 persen.

"Pasien ini kebanyakan adalah orangtua, apalagi kelompok lanjut usia (lansia) yang punya komorbid dan juga belum divaksin," ujar dr Arman di Makassar, Kamis.

Pelayanan kepada pasien COVID-19, kata dr Arman, hampir dilakukan oleh seluruh rumah sakit, khususnya di Makassar. Itu lantaran, hal ini sudah tidak menjadi sesuatu yang menakutkan seperti awal kemunculan virus corona.

Menurut Arman, kasus positif COVID-19 sudah menjadi hal biasa untuk ditangani. Bahkan, pasien diperbolehkan dijaga oleh keluarganya dengan catatan siap menanggung resiko terpapar COVID-19.

"Hampir semua RS melayani pasien COVID-19, tapi sudah jadi hal biasa bagi orang-orang. Sekarang bisa keluarganya masuk temani di ruang isolasi," ujarnya.

Baca juga: Sulsel akan kerahkan RT/RW untuk identifikasi warga belum divaksin
Baca juga: Langkah dan kesigapan Sulsel hadapi gelombang ketiga pandemi

Dinas Kesehatan Sulsel juga mencatat bahwa keterisian tempat tidur ICU sebesar 15 persen terhadap pasien COVID-19 dan keterisian isolasi terpadu (isoter) hanya di angka 8 persen.

Arman berujar bahwa kebanyakan pasien positif lebih memilih isolasi mandiri di rumah, hal itu lantaran kebanyakan dari mereka hanya mengalami gejala ringan.

"Kalau yang masuk rumah sakit itu, rata-rata gejala sedang hingga berat. Kebanyakan dari mereka juga belum divaksin," katanya.

Ia mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah merilis 85 persen pasien COVID-19 yang meninggal dengan identifikasi varian Omicron merupakan pasien yang belum divaksin atau belum lengkap vaksin primernya (dosis 1 dan 2) dan memiliki riwayat comorbid.

Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Sulsel bertambah 451 orang
Baca juga: Epidemiolog: Selain Omicron, varian Delta masih menyebar di Sulsel

Baca juga: Dinkes Sulsel siapkan 1,7 juta dosis vaksin genjot vaksinasi