Surabaya (ANTARA News) - Sama-sama menyambut kehadiran 1 Syawal 1432 Hijriah, namun langkah penyiapannya berbeda. Itu dilakukan pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang menyiapkan 81 lokasi Shalat Id atau Idul Fitri 1432 Hijriah.

Namun pada saat sama, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim menyiapkan 11 lokasi rukyatul hilal (melihat hilal secara kasat mata).

"Kami menyiapkan 81 lokasi Shalat Idul Fitri yakni 72 lokasi di Surabaya dan sembilan lokasi di Sidoarjo," kata Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim, H Nadjib Hamid, kepada ANTARA di Surabaya, Minggu.

Ke-72 lokasi Shalat Idul Fitri di Surabaya antara lain halaman Masjid Al Badar PWM Jatim (khatib adalah Drs H Sulaiman MAg); Halaman Tugu Pahlawan (H Nadjib Hamid MSi); dan halaman Depan Pasar Kapasan (Prof Dr H Ali Mufrodi MA).

Selain itu, Jln. Wiguna Gununganyar (Drs H Noer Cholis Huda MSi); halaman Masjid Taqwa Banjarsugihan (Drs H Kuswiyanto MSi); dan sebagainya.

Di Sidoarjo, kesembilan lokasi shalat antara lain Lapangan Wage, Taman, Sidoarjo dengan khatib Drs Ec H Suherman Rosyidi MSc.


NU

Sementara itu, PWNU Jatim menyiapkan 11 lokasi rukyatul hilal yang strategis, seperti Ujungpangkah, Gresik, Tanjungkodok, Lamongan, Nambangan, Surabaya, dan sebagainya.

"Kami sudah menginstruksikan seluruh cabang NU di Jatim untuk melakukan rukyatul hilal, termasuk 11 lokasi strategis itu," kata Wakil Ketua PWNU Jatim, HM Sholeh Hayat.

Menurut dia, pihaknya memprediksi awal Syawal 1432 Hijriah mungkin tidak akan bersamaan waktunya, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat.

"Kalau awal Ramadhan 1432 Hijriah bisa bersamaan, tapi awal Syawal 1432 H ada kemungkinan tidak bisa bersamaan karena ijtimak untuk awal Syawal 1432 H terjadi pada 29 Agustus 2011 pukul 10.05 WIB dengan tinggi hilal hakiki 1 derajat 57 menit 45,08 detik," paparnya.

Namun, katanya, PWNU Jatim akan tetap melakukan rukyatul hilal (melihat hilal secara kasat mata) untuk menentukan awal Syawal, apakah 30 Agustus atau 31 Agustus.

"Masyarakat tidak akan terlalu kaget dengan perbedaan Idul Fitri, karena perbedaan serupa sudah beberapa kali terjadi dan masyarakat terbukti dapat menerima perbedaan itu," ujarnya.

Bagi kalangan NU, awal Ramadhan dan Idul Fitri mengacu pada Hadits Nabi yakni "shuumu lil rukyati", tapi perbedaan Idul Fitri akibat perbedaan metode juga jangan dibesar-besarkan, sebab sama-sama memiliki acuan. (E011)