Gunung Lokon bergemuruh sebelum meletus
28 Agustus 2011 13:38 WIB
Letusan Gunung Lokon di Tomohon dengan semburan lava pijar dan abu vulkanik setinggi 1500 meter di Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat pagi (15/7). Aktivitas gubung berapi aktif ini terjadi lagi dengan dampak letusan cukup besar. (FOTO ANTARA/Jemmy)
Manado (ANTARA News) - Gunung Lokon sempat bergemuruh sebelum akhirnya melontarkan material padat dan cairnya dari dalam perut bumi dalam erupsi pada pukul 07.51 WITA, Minggu. Letusan vulkanik dari kawah Tompaluan itu disusul gempa bumi.
Gemuruh serta gempa yang terjadi rata-rata terdengar dan dirasakan permukiman warga yang sangat dekat dengan kawah Tompaluan. Permukiman Kelurahan Kinilow dan Kinilow I, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon misalkan. Kedua kelurahan ini berlokasi dalam radius 3.500 meter dari bibir kawah.
Dikatakan Marthen, seorang warga Kelurahan Kinilow I, beberapa saat sebelum letusan, gemuruh jelas terdengar. Gemuruh seperti ini, menurut dia, selalu terjadi sebelum terjadi letusan.
"Saat itu saya sementara menimba air. Tiba-tiba terdengar gemuruh cukup kuat yang berasal dari arah barat. Saya langsung menduga, suara seperti itu pasti berasal dari kawah Tompaluan," katanya, di Tomohon, Minggu.
Tak hanya gemuruh. Warga juga sempat merasakan gempa yang cukup kuat beberapa saat sebelum letusan. Kusen pintu dan jendela bergoyang. Kaca-kaca bergetar.
"Kami memang sedikit panik. Tapi ini tak berlangsung lama karena setelah itu sudah terjadi letusan," kata seorang ibu rumah tangga.
Sementara itu, Kepala Pos Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon, Minggu (28/8) mengatakan, gemuruh juga sempat terdengar hingga pos pengamatan.
"Sebelum terjadi letusan memang sempat terdengar bunyi seperti gemuruh. Gemuruh atau dentuman juga seperti ini pernah terjadi ketika terjadi letusan Rabu (17/8)," kata Farid.
Dia menambahkan, gemuruh ataupun gempa yang terjadi bisa diakibatkan material atau energi dari dalam yang berusaha keluar.
"Karena energinya cukup besar dan berusaha mencapai mulut kawah saat itu terjadi gemuruh atau bahkan gempa. Karena itu kami tetap berharap warga tetap waspada," harapnya.
Gunung Lokon kembali meletus Minggu (28/8) setelah meletus Rabu (17/8). Letusan yang terjadi sekitar pukul 07.51 WITA masih dikategorikan sedang dengan ketinggian 2.500 meter. (*)
Gemuruh serta gempa yang terjadi rata-rata terdengar dan dirasakan permukiman warga yang sangat dekat dengan kawah Tompaluan. Permukiman Kelurahan Kinilow dan Kinilow I, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon misalkan. Kedua kelurahan ini berlokasi dalam radius 3.500 meter dari bibir kawah.
Dikatakan Marthen, seorang warga Kelurahan Kinilow I, beberapa saat sebelum letusan, gemuruh jelas terdengar. Gemuruh seperti ini, menurut dia, selalu terjadi sebelum terjadi letusan.
"Saat itu saya sementara menimba air. Tiba-tiba terdengar gemuruh cukup kuat yang berasal dari arah barat. Saya langsung menduga, suara seperti itu pasti berasal dari kawah Tompaluan," katanya, di Tomohon, Minggu.
Tak hanya gemuruh. Warga juga sempat merasakan gempa yang cukup kuat beberapa saat sebelum letusan. Kusen pintu dan jendela bergoyang. Kaca-kaca bergetar.
"Kami memang sedikit panik. Tapi ini tak berlangsung lama karena setelah itu sudah terjadi letusan," kata seorang ibu rumah tangga.
Sementara itu, Kepala Pos Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon, Minggu (28/8) mengatakan, gemuruh juga sempat terdengar hingga pos pengamatan.
"Sebelum terjadi letusan memang sempat terdengar bunyi seperti gemuruh. Gemuruh atau dentuman juga seperti ini pernah terjadi ketika terjadi letusan Rabu (17/8)," kata Farid.
Dia menambahkan, gemuruh ataupun gempa yang terjadi bisa diakibatkan material atau energi dari dalam yang berusaha keluar.
"Karena energinya cukup besar dan berusaha mencapai mulut kawah saat itu terjadi gemuruh atau bahkan gempa. Karena itu kami tetap berharap warga tetap waspada," harapnya.
Gunung Lokon kembali meletus Minggu (28/8) setelah meletus Rabu (17/8). Letusan yang terjadi sekitar pukul 07.51 WITA masih dikategorikan sedang dengan ketinggian 2.500 meter. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: